SENO ADJIE Meski kini di posisi terjepit, Seno Adjie, 31 tahun, masih "gaya". Tubuhnya yang tinggi kurus dibalut celana panjang berkaret pada mata kaki dan blus kaus. Serba putih. "Sekarang, sih, Seno pasrah. Waktu bulan-bulan pertama, dia shock benar," tutur Hotma Sitompoel, pengacaranya. Istri Seno tersenyum saja. Wanita berkulit putih dan bertubuh langsing -- dan ibu tiga anak itu -- perlahan, mengepulkan asap rokok Dunhill Menthol dari mulutnya. "Ketika anak ketiga lahir Maret lalu, tidak saya saksikan. Karena sejak Februari saya sudah ditahan," tutur Seno dalam napas medok Jawa. Direktur pemasaran PT Anggun Ayu Indah Jakarta ini belakangan tinggal di Amerika. "Saya berobat mata ke Boston," kata Seno. Setelah ia berobat, dokter melarang Seno bekerja dan berpikir terlalu berat. Oleh orangtuanya -- yang asal Solo itu Seno lantas dikirim untuk tinggal di rumah kakaknya, di New York, agar gampang ke Boston. Ke sana cuma sejam dengan pesawat terbang. Berikut pembicaraan Seno dan Rudy Demsy dengan Bunga Surawijaya dari TEMPO. Dalam berkas perkara, Anda mengaku melakukan transfer tak sah di BNI 1946 New York? Kami tak tahu-menahu dengan masalah ini. Polisi sudah punya skenario. Kami di bawah tekanan mereka. Hampir tiga bulan saya dimasukkan dalam sel. Kami nggak bisa apa-apa. Karena tak tahan lagi, apa-apa yang disodorkan kami tanda tangani saja. Tekanan seperti apa? Wah, macam-macam. Ditodong pakai pistol pada hari pertama, dan tak dikasih makan sehari penuh. Beberapa kali kami diperiksa tengah malam, sambil dibentak, 'Pokoknya kamu tanda tangani ini.' Yang namanya Teuku Makmun Eldy digebuk di depan kami habis-habisan. Kapan Anda kenal Rudy? Waktu berobat mata ke Boston tahun 1982-83. Apa hubungan Anda dengan Rudy, sampai polisi memanggil Anda? Mula-mula, Rudy dicurigai karena kode password-nya dipakai dalam kejahatan itu. Kebetulan pada akhir tahun itu, Rudy membantu saya. Saya diseret sekalian. Dia dianggap orang yang melakukan dan saya sebagai orang yang mengetahui. Padahal, saya tak tahu sama sekali. Rudy membantu apa? Saya berniat bisnis garment Rudy kemudian tertarik untuk membantu. Bagaimana dengan barang bukti komputer milik Apple itu, katanya milik Anda? PC itu bukan milik saya. Memang di rumah ada PC merk Commodore, punya anak saya, sedangkan barang bukti merk Apple. Itu sudah saya bantah semua dan sudah dibuat BAP-nya, tapi tak dilampirkan dalam berkas. Mereka hanya mengambil BAP yang memojokkan saya. Bagaimana sekarang Anda berani membantah? Pada akhirna timbul keberanian setelah pengacara masuk. Daripada cerita jadi begitu, biar, deh, kami digebukin. Jadi? Kami dikambinghitamkan sebagai pelaku. Seolah-olah penyidik punya tendensi untuk melindungi pelaku yang sebenarnya, lalu kami dikorbankan. RUDY DEMSY Ia gelisah. Lelaki 29 tahun ini menyorongkan tubuhnya yang gemuk, ke depan. Lalu dua sikunya diletakkan di paha. Sejak kecil orangtuanya sudah bercerai. Ia tinggal dengan ibunya -- yang kini menderita tekanan darah tinggi. Dua tahun selepas SMA di Jakarta, anak Betawi asli ini pada 1978 menyusul pamannya di AS. Di negeri itu, ia kuliah di American Institute of Banking. "Saya ini dari keluarga yang kurang mampu. Maka, saya sekolah sambil bekerja," katanya sembari merokok. Pada 1980 ia bekerja di BNI 1946 New York. Sebagai junior trader, antara lain ia melayani jual beli mata uang asing. Ia juga mengatur pengiriman rekening BNI 1946 pusat di Jakarta untuk bank-bank di AS. Gaji? "Cukup. Sekitar Rp 2 juta," katanya. Pada 1985, ia menikahi gadis Kawanua, tapi warganegara Belanda. "Saya hanya karyawan kecil," ujar Rudy. Bagaimana sampai Anda ditahan? Melalui seorang teman, 17 Februari saya dipanggil ke rumah seorang polisi di Kebayoran Lama. Di sana saya dimintai keterangan mengenai kejadian di BNI '46 New York. Lalu saya dipanggil lagi ke Mabak. Dan ditahan. Padahal, sejak September sudah keluar dari BNI '46. Kenapa setelah enam tahun bekerja, mendadak Anda keluar? Saya ada kerjaan lain dengan Seno, bisnis garment. Saya rasa prospeknya lebih baik. Selain itu, saya ingin menetap di Indonesia. Saya homesick. Jabatan Anda di BNI '46 New York? Trader. Sebelumnya, 1984, saya operator komputer. Saya dicurigai, sebab password saya -- yang tak pernah dicabut sejak saya keluar dari BNI '46 -- dipakai orang lain. Seharusnya kalau ada karyawan berhenti nomornya diubah. Menurut Anda, mungkinkah karyawan BNI '46 melakukan transfer tak sah? Banyak security yang dipegang manajer. Jangan salah, saya hanya karyawan kecil. Tugas saya memasukkan data. Di sana, untuk pembayaran perlu dua kontrol, yaitu password manajemen dan password karyawan. Password saya, karyawan, hanya merupakan enter password dan juga digunakan oleh tujuh karyawan lain dari tahun 1984. Sedang yang dipegang manajer adalah release password dan test key. Bagaimana mungkin itu semua saya dapatkan? Sedangkan test key disimpan dalam lemari besi ? Kalau begitu, bagaimana peran Noor Alwi, security manager itu? Dia bisa menciptakan password, karena dia security manager. Tapi saya nggak bilang dia pelaku. Saya nggak tahu siapa pelakunya. Tapi kalau bicara kemungkinan, ya bisa saja dia. Kenapa nggak? Satoto hanya bisa me-release. Tapi kalau Noor Alwi, dia bisa menciptakan password untuk orang lain, baik enter maupun release password. Kalau begitu, di mana Anda pada 31 Desember itu? Di Jakarta. Istri saya sakit. Jadi, saya nggak bisa keluar rumah. Lalu bagaimana dengan pengakuan Anda di depan polisi? Data itu sudah disediakan polisi. Pertanyaan dan jawabannya lengkap. Saya di bawah tekanan. Saksinya ada. Waktu disuruh nanda tanganin BAP, kaki saya ditendangin. Itu semua di depan mata tahanan yang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini