Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa jenis virus yang berkaitan dengan gangguan pernapasan sempat merebak di Indonesia jauh sebelum munculnya kabar soal Human Metapneumovirus (HMPV). Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan kasus penularan A(H5N1) atau flu burung pernah dilaporkan pada periode 2005-2017. Saat itu ada 200 kasus dengan 168 kematian, artinya tingkat fatalitasnya mencapai 84 persen).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Namun belum ada laporan kasus baru di Indonesia sejak 2018,” katanya kepada Tempo pada Rabu, 8 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merujuk data dari 5 puskesmas di Jakarta, subtipe influenza sentinel atau influenza like illness (ILI) yang paling banyak muncul adalah A(H1N1) pdm09. Tipe influenza ini pernah menyebabkan pandemi pada 2009 dan saat ini sudah menjadi flu musiman di Indonesia. Pada Oktober-Desember 2024, sempat ada peningkatan laporan soal flu ini, dari 10 kasus menjadi 40 kasus.
Adapun HMPV, menurut pengamatan dari laboratorium, terdeteksi dan meningkat pada dua periode, yaitu Maret-April 2024 dan Oktober-Desember 2024. “Dari sampel yang ada, persentase hasil positif HMPV bervariasi antara 0-12 persen,” tutur Ani.
Jika melihat perkembangan variasi virus, yang terdeteksi oleh laboratorium pada Oktober-Desember 2024, yang paling dominan adalah virus rhinovirus, diikuti influenza A, SARS CoV2, lalu HMPV. Ani menyebut lembaganya masih terus menerima data dari laboratorium dan rumah sakit yang dapat memeriksa panel respirasi. “Termasuk data soal HMPV untuk kita amati di DKI Jakarta,” katanya.
Dia menyebut HMPV masuk dalam famili pneumoviridae bersama respiratory syncytial virus (RSV). Berbeda dengan Covid-19 yang baru diidentifikasi pada 2019 lalu, HMPV sudah muncul sejak lama. Gejala keduanya mirip dengan virus influenza lainnya, yaitu menimbulkan batuk, demam, sesak napas, dan nyeri dada.
Penjelasan soal virus HMPV pertama kali muncul dalam jurnal ilmiah berjudul ‘A Newly Discovered Human Pneumovirus Isolated from Young Children with Respiratory Tract Disease’, yang terbit di Belanda pada Juni 2001. Namun, HMPV kemungkinan sudah ada puluhan tahun sebelum akhirnya diidentifikasi oleh para peneliti.
Menurut Ani, HMPV dapat menyebabkan gangguan pernapasan bagian atas dan bawah pada individu dari segala usia. Namun yang paling rentan adalah anak-anak, lansia, dan mereka yang sistem kekebalan tubuhnya lemah.
Dia meminta masyarakat tetap tenang di tengah kabar merebaknya HMPV. “Namun harus tetap diwaspadai dengan menerapkan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan)," katanya.
Masa inkubasi HMPV, dia meneruskan, diperkirakan mencapai 3-6 hari. Durasi rata-rata penyakit akibat infeksinya bervariasi. HMPV dapat menyebar melalui sekresi dari batuk dan bersin, kontak pribadi yang dekat, seperti menyentuh atau berjabat tangan. Penularannya juga bisa melalui benda mati, misalnya alat makan, yang permukaannya terkena virus tersebut.