Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ALAT yang diberi nama Smart Tetracycline Residual Kit Detection (Startec) ini sanggup mendeteksi residu tetrasiklin pada daging unggas seperti ayam. Penemunya lima mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, yaitu Bekti Sri Utami, Hana Razanah, Puspita Diah Pravitasari, Fitri Indah Permata, dan Annisa Rizqi Rafrensca. Mereka berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan-kecuali Puspita, dari Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Tetrasiklin adalah obat antibiotik sekaligus pemacu pertumbuhan ternak. Tapi penggunaan berlebihan dan terus-menerus akan menyisakan endapan pada daging. Bila terkonsumsi manusia, bisa mengakibatkan alergi, mengurangi bakteri baik, menimbulkan hipersensitivitas, dan menjadi racun dalam tubuh.
Ide pembuatan Startec berawal dari kegusaran mereka melihat peternak menggunakan tetrasiklin berlebihan. Peternak lebih mengandalkan pengalaman ketimbang menakar antibiotik dengan dosis tertentu. "Lantas saya dan teman-teman terpikir untuk membuat alat penguji tetrasiklin," kata Bekti, Kamis dua pekan lalu.
Perangkat mulai dibuat pada Maret lalu dengan modal Rp 7,5 juta dari Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta yang diluncurkan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Mulanya tim mengkaji kandungan tetrasiklin dalam daging ayam, lalu mendesain alat pendeteksinya.
Setelah desainnya lengkap, mereka meminta bantuan rekan mereka, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Brawijaya, untuk membuatkan rancang bangunnya. "Alat dibuat di bengkel dengan biaya Rp 700 ribu," ujar Puspita.
Startec terdiri atas empat komponen utama, yakni tuas penumbuk, alat suntik, cawan daging ayam, dan penyangga. Komponen terakhir itu berfungsi sebagai tempat meletakkan tiga suku cadang lain. Bentuknya bulat dengan tinggi sekitar 15 sentimeter dan diameter 5 sentimeter.
Setelah jadi, Startec diujicobakan pada karkas ayam broiler. Hasilnya, alat ini mendeteksi kandungan tetrasiklin seberat 0,5 part per million (ppm). Padahal batas tertinggi residu tetrasiklin pada daging ayam sesuai dengan standar nasional adalah 0,1 ppm.
Meski sukses, alat ini masih punya kekurangan: belum mampu mendeteksi kandungan tetrasiklin di bawah 0,5 ppm. Startec hanya sanggup melacak endapan tetrasiklin 0,5-1.000 ppm. Karena itu, tim berencana menyempurnakannya.
Startec diklaim sebagai inovasi baru. Lewat Universitas Brawijaya, Puspita dan kawan-kawan mendaftarkan paten ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Mereka berencana memproduksi Startec secara massal.
1. Letakkan daging ayam pada wadah.
2. Tekan Tombol "on" untuk menyalakan alat.
3. Daging akan ditumbuk sampai halus.
4. Daging secara otomatis ditetesi asam etilen diamin tetra asetat (EDTA) dan asam sulfat atau H2SO4, masing-masing tiga mililiter.
5. Reaksi kimia akan mengubah warna daging. Jika menjadi ungu, itu berarti daging positif mengandung residu tetrasiklin. Semakin pekat warna ungu, kian besar kandungannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo