Penyakit sapi gila menjadi hantu menyeramkan. Maklum, selain penyakit ini menyerang sapi, orang yang mengonsumsi daging sapi yang terjangkit penyakit ini bisa pula menjadi gila. Bahkan, tak jarang penyakit bovine spongiform encephalopathy ini bisa menewaskan manusia.
Di Inggris, misalnya, hingga awal tahun 2001 sudah 88 orang tewas akibat terserang varian penyakit sapi gila, yakni Creuzfeldt-Jakob disease. Tak mengherankan bila Indonesia pernah mencak-mencak ketika ditawari impor daging sapi murah dari Irlandia, negara yang pernah terjangkiti penyakit sapi gila pada 1998.
Namun, selama ini belum ada alat yang dapat mendeteksi serangan varian penyakit itu pada manusia. Kalaupun bisa dideteksi, itu setelah gejala penyakitnya muncul. Repotnya pula, diagnosis penyakit itu hanya bisa dilakukan setelah korban meninggal. Sebab, jaringan otak korban yang harus diuji.
Rupanya, tantangan ilmiah itu mengundang para ilmuwan dari Laboratorium Jenewa, yang didukung perusahaan obat Serono, Swiss, untuk meneliti varian penyakit sapi gila. Alhasil, mereka menemukan alat tes untuk mendeteksi penyakit tersebut dengan pengujian darah.
Seperti dilansir harian Sydney Morning Herald, Australia, pertengahan Juni 2001, varian penyakit sapi gila tersebut memang menyerang otak. Namun, sejumlah prion sebagai unsur penyebab penyakit itu pada sapi ternyata bisa ditemukan dalam darah orang yang terserang penyakit itu.
Dengan terdeteksinya penyakit sapi gila, tentu itu amat berarti bagi penanggulang dan pengobatan berikutnya.
Dwi Wiyana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini