Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Di udara, jangan salah mata

Perbedaan identifikasi antara pesawat terbang sipil dengan pesawat terbang militer. bekerja sama dengan nasa, boeing membuat berbagai jenis pesawat militer modifikasi dari pesawat sipil. (ilt)

17 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERAPA besarkah risiko kekeliruan identifikasi fisik antara pesawat terbang sipil dan pesawat terbang militer dan pabrik yang sama? Pertanyaan ini terasa hangat, terutama setelah pesawat Jumbo Jet Boeing-747 KAL-007 ditembak jatuh oleh Mig-23 Uni Soviet di atas Pulau Sakhalin, Kamis dua pekan lalu. Soalnya, Soviet antara lain berdalih, pilot mereka salah mata menembak pesawat penumpang yang malang itu. Mereka, konon, menduga pesawat KAL-007 itu sebagai RC-135, milik Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). Gedung Putih belakangan memang mengaku, sebuah RC-135 mereka berada di sekitar lokasi penembakan, beberapa jam sebelum KAL-007 lenyap dari layar radar. Kalau begitu, betulkah para penerbang Mig-23 itu memang salah lihat? Untuk para penerbang berpengalaman, apalagi para penerbang pesawat militer, kemungkinan mengacaukan B-747 dengan RC-135 agak di luar akal sehat. "Bahkan dalam gelap pun B-747 bisa langsung dikenali," ujar Kapten Tom Ashwood, bekas pilot USAF dan bekas Wakil Ketua Asosiasi Penerbang Amerika Serikat (TEMPO, 10 September). B-747 dan RC-135 memang dibuat oleh perusahaan yang sama, The Boeing Company. Tapi kedua pesawat itu sangat berbeda satu sama lain. RC-135 bukan dimodifikasikan dari B-747, melainkan B-707, dengan penampilan fisik yang mudah ditandai. Panjang keseluruhan B-707 adalah 46,61 meter, sedangkan B-747 memiliki panjang keseluruhan 70,66 meter. Dari perbedaan panjang ini saja, lebih 24 meter, seorang pilot berpengalaman hampir tidak mungkin mengacaukan B-747 dengan RC-135, yang dimodifikasikan dari B-707. B-747 memiliki rentangan sayap 59,64 meter, sedangkan B-707 hanya 44,42 meter. Perbedaan rentangan sayap ini mengakibatkan perbedaan jarak lampu-lampu isyarat pada malam hari. B-747 memiliki panjang badan 68,63 meter, sedangkan B-707 hanya 44,35 meter. Bekerja sama dengan USAF dan lembaga ruang angkasa Amerika (NASA), maskapai Boeing memang membuat berbagai jenis pesawat militer yang dimodifikasikan dari pesawat sipil -- atau sebaliknya. Di antara pesawat militer itu terdapat bomber B-52, KC-135, RC-135, dan yang terakhir: serie E-4. Nah, E-4 inilah yang dimodifikasikan dari B-747. Pada 28 Februari 1973, Divisi Sistem Elektronik USAF menandatangani kontrak pemesanan dua pesawat E-4A dari perusahaan Boeing, dengan nilai US$ 59 juta. Pesawat yang akan ditempatkan di bawah Pos Komando Udara Terdepan (AABNCP) 481B itu dimodifikasikan dari B-747-200B. Pada 13 Juni tahun itu juga, pesawat E-4A yang pertama mulai mengangkasa. Pesawat ini disiapkan untuk mengatasi komunikasi kritis antara komando nasional dan seluruh wilayah pertahanan udara Amerika Serikat, bila mendadak negeri itu diserang secara konvensional maupun nuklir. Dalam keadaan kontrol bumi tidak bisa meluncurkan ICBM karena dilumpuhkan musuh, E-4-lah yang bakal unjuk gigi. Ia dapat bekerja di tengah lingkungan yang sudah dihancurkan senjata nuklir. Catatan tambahan: pesawat ini mampu terbang tiap hari tiga malam terus-menerus! Perbedaan yang paling menonjol antara B-747 dan E-4 tampak pada interiornya. E-4 lebih pantas disebut "pos komando terbang". Ruang utamanya dibagi enam: kamar kerja Penguasa Komando Nasional (NCA), ruang konperensi, ruang briefing, kamar kerja staf tempur, pusat pengawas komunikasi, dan ruang istirahat. Dari kapasitas dar kemaslahatan pesawat ini bisa disimpulkan, Amerika Serikat tidak akan mengirimkannya lalu-lalang di atas wilayah peka musuh, kalau tidak dalam keadaan yang sungguh-sungguh gawat. Indonesia sendiri sebetulnya tidak ketinggalan. Sudah sejak 30 April 1981 Boeing mengumumkan, pabriknya menerima pesanan tiga pesawat khusus dari TNI-AU. Pesawat yang dirancang untuk pengamatan maritim ini dimodifikasikan dari jenis Boeing-737-200. Pesanan pertama diserahkan pada Mei 1982, dua berikutnya masing-masing Juni dan September 1983. Sebagai pesawat pengamat, kemampuan B-737-200 sebetulnya tidak kalah jauh daripada AWACS, yang menggunakan B-707-320B. "Pesawat bermesin turbo ganda ini dipesan berdasarkan kondisi wilayah Indonesia," ujar sumber TEMrO yang mengetahui. "Seluruh sistem peralatan terletak di bagian belakang pesawat." Di antara alat khusus yang dipasang pada pesawat Indonesia ini ialah Motorola Side Looking Airborne Multimission Radar (SLAMMR) yang mempunyai resolusi tinggi. Melalui antena bilah yang direntangkan sepanjang lima meter di punggung pesawat, layar radar akan menyampaikan isyarat-isyarat yang berhasil ditangkap. Dari ketinggian hampir 10 km, radar ini mampu meliput benda yang berada 160 km di maslng-masing sisi pesawat. Alat adaptor yang dikembangkan Boeing untuk menggabungkan fungsi peralatan pada pesawat AWACS hampir tidak berbeda dengan B-737-200. Di antaranya terdapat peralatan sistem avionik (untuk mengontrol dan mengendalikan pesawat) dengan radar, peralatan pengolahan data, peralatan komunikasi dan navigasi, serta alat peraga data, azimut dan identifikasi. Pemancar radar ditempatkan di ruang muatan bawah bagian belakang, dan dilindungi dengan sistem pendingin khusus. Dengan enam orang awak dan sepuluh operator SLAMMR, pesawat ini juga bisa diubah untuk keperluan transportasi biasa. Ia bisa menyediakan 14 kursi kelas utama, dan 88 kursi kelas turis. Namun fungsi utamanya ialah pengamatan. "Apalagi pada 1982 one ekonomi eksklusif 200 mil laut sudah diakui secara internasional," ujar sumber TEMPO tadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus