"PERANG dunia" antara manusia dan tikus sudah berlangsung entah
sejak kapan -- tapi jelas belum akan berakhir. Negara super
power AS pekan lalu mengumumkan senjata terbaru dan paling ampuh
untuk membunuh binatang pengerat, maling, dan penebar penyakit
itu, yakni racun bromethalin.
"Cukup dengan dosis kecil saja dilaburkan pada umpan, jagung
misalnya, tikus super pun, yang selama ini kebal racun, akan
mampus terkena senjata itu," kata Dr. Barry Dreikorn, pemimpin
Laboratorium Penelitian Lilly di Greenfield, Indiana, AS.
Racun pembasmi tikus yang dipergunakan di seluruh dunia sejak
1950-an adalah zat antipembeku (coagulant), misalnya warfarin.
Senjata ini menghancurkan zat pembeku dalam tubuh, sehingga
terjadi pendarahan yang mematikan. Namun, pemakaian rutin dalam
satu dekade ternyata memburat tikus-tikus besar, seperti yang
berkeliaran di selokan kotor kota besar, menjadi imun. Tikus
kebal ini, menurut Dreikorn, dapat digempur dengan bromethalin.
Barry Dreikorn, ilmuwan yang belum masuk daftar ahli terkenal
1983 di AS itu, menemukan senjata ampuh ini secara kebetulan.
Para peneliti di Lilly selama ini menganggap persenyawaan zat
itu sebagai alat pengontrol cendawan. Iseng-iseng mereka
mengeteskannya secara rutin pada tikus, untuk melihat kepekaan
binatang percobaan itu terhadap zat kimia ini. Di luar dugaan,
terbukti unsur ini adalah senjata maut karena bisa merusakkan
sel-sel saraf di seluruh tubuh.
Kini, mereka berhasil mengembangkan zat tak berbau itu dalam
bentuk yang dapat dimakan binatang pengerat. Mereka juga telah
mendaftarkan senjata yang dapat dipasang di dalam maupun di
luar gedung itu pada Dinas Perlindungan Lingkungan AS.
Di Sidang Masyarakat Kimia AS, 1 September lalu, Dreikorn
menyatakan bahwa perusahaannya akan memproduksi senjata ampuh
itu di musim semi 1984. Namun, pemasarannya terbatas kepada
perusahaan profesional pembasmi hama -- belum akan dijual bebas
seperti racun tikus Kierat-RM yang ada di toko-toko buku dan
alat pertanian di Indonesia. Sebagai zat pembunuh, bagaimanapun,
jelas berbahaya juga bagi manusia kalau tertelan dalam dosis
besar.
Semua perusahaan profesional pembasmi hama di Indonesia tak
yakin mampu membasmi semua hama tikus dengan senjata apa pun,
termasuk dengan bromethalin itu. "Kemampuan kami hanyalah
mengontrol sampai batas tertentu," kata seorang staf logistik
racun di Pisok Pest Controle, Jakarta. Perusahaan ini, milik
Rudy Tarumengkeng yang insinvur lulusan IPB dan kini menjadi
Rektor Uncen (Ir-Ja), kemungkinan besar juga akan menjauhi racun
ini. Sebab, selain berbahaya bagi petugas pemasangnya Juga bagi
langganan dan ternak piaraan.
Lebih dari itu, korban senjata bromethalin ini kurang higienis.
"Bisa dibayangkan kalau tikus mati berada di mana-mana," tambah
karyawan Pisok Pest Controle yang tak mau disebut namanya tadi.
Sebab, racun bromethalin yang bersarang di perut tikus, baru
membunuh dalam tempo 48 jam kemudian. Jadi, hampir sama seperti
racun zincophit yang terkadang dipakai perusahaan-perusahaan
pembasmi hama di Jakarta. Racun ini bisa dipasang di gedung yang
tinggi. Sasaran yang terkena akan sangat kehausan, sehingga
turun ke selokan untuk minum sepuas-puasnya sampai perutnya
meledak. Korban-korban menjijikkan ini sering ditemui di
selokan-selokan jalan raya Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini