Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Dari senyum turun ke hati

Senyum bisa berkhasiat sebagai obat, hal ini telah dibuktikan oleh suatu penelitian ilmiah di universitas california yang dipimpin oleh dr. paul ekman. (ilt)

17 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SENYUM itu obat lara," dikenal dalam peribahasa di seluruh dunia. Senyum juga bisa mengobati orang lain, sehingga ibu-ibu di Jember, Jawa Timur, belum lama ini melakukan kontes senyum yang bisa menghilangkan kekakuan pergaulan terutama dengan kaum pria. Kemanjuran senyum untuk mengobati diri sendiri dan orang lain ini telah dibuktikan oleh suatu penelitian ilmiah di Universitas California, San Fransisco, AS. "Senyum adalah obat kuat dalam pelakonan atau akting, periklanan, pengobatan sakit jiwa, dan dalam menangkap berfungsinya otak," kata Dr. Paul Ekman, psikolog yang memimpin penelitian ilmiah itu. Penelitian Ekman sebenarnya ditujukan pada pertautan antara sistem saraf yang otonom dengan alat-alat mekanis dalam tubuh yang menggerakkan otot-otot, sehingga terbentuklah sikap senyum gembira, bahagia, atau perasaan lain. Penelitian Ekman telah menemukan bahwa orang cenderung membunglon atau meniru mimik air muka orang di sekitarnya. Lebih jauh lagi, penelitiannya menemukan bahwa sikap membunglon ini membawa pengaruh juga pada sistem saraf. Itu sebabnya penonton film bisa hanyut dalam emosi. "Iklan yang dibawakan dengan sikap senyum, pasti sangat ampuh pengaruhnya," kata Ekman. "Sebab, sikap yang diperlihatkan bukan hanya memindahkan informasi, tapi merupakan alat pengungkapan yang gampang ditangkap secara harfiah lengkap dengan perasaan," tambah Ekman. Eksperimen Ekman telah dilakukan dengan memakai aktor-aktor profesional. Tanpa diberitahu lebih dulu sikap emosi apa yang harus dilakukan, mereka disuruh menggerakkan otot-otot pembentuk sikap senyum, takut, heran, sedih, dan sebagainya. Dari hasil penelitian Ekman yang disiarkan jurnal Science edisi bulan ini, Dr. Paul Ekman mempunyai rencana mengembangkan kemungkinan penyembuhan pasien mental. "Jika mereka dibujuk untuk tersenyum wajar secara berkesinambungan, mungkin bisa disembuhkan," kata Ekman sambil menyimpulkan senyum. Entah bagaimana caranya membujuk orang gila yang suka tertawa, agar melakukan sikap senyum wajar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus