Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Laporan awal otoritas Korea Selatan mengenai kecelakaan pesawat Jeju Air menyebutkan bahwa kedua mesin Boeing 737-800 mengandung DNA dari Baikal Teals, sejenis bebek migrasi yang datang ke Korea Selatan pada musim dingin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reuters, laporan itu tidak memberikan indikasi apa pun tentang apa yang mungkin menyebabkan pesawat mendarat jauh di landasan tanpa roda pendaratan terpasang. Laporan itu hanya menyoroti kurangnya petunjuk langsung setelah kotak hitam pesawat berhenti merekam empat menit sebelum benturan. Meski demikian, laporan setebal enam halaman ini belum memberikan petunjuk penyebab pasti kecelakaan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Migrasi burung Baikal Teals (Anas formosa) adalah salah satu fenomena alam yang menakjubkan, terutama di wilayah Asia Timur Laut. Burung ini dikenal sebagai pengunjung musim dingin yang ikonis, khususnya di Korea Selatan, tempat mereka bermigrasi secara massal setiap tahunnya. Dengan ciri khas bulu yang indah dan perilaku unik, Baikal Teal menjadi daya tarik bagi para pengamat burung dan ahli konservasi di seluruh dunia.
Apa Itu Burung Baikal Teals?
Seperti yang dilansir dari laman Birds Korea, Baikal Teals adalah salah satu spesies bebek dabbling yang berasal dari Asia Timur Laut. Nama spesifiknya, formosa, berarti "berbentuk indah," mengacu pada penampilan burung ini yang mencolok. Bebek jantan memiliki pola warna yang khas, seperti kombinasi kuning, hijau, putih, dan hitam di bagian kepala, serta dada merah muda yang mencolok.
Betinanya lebih sederhana, tetapi tetap menunjukkan pola wajah yang kontras, seperti garis mata gelap dan bintik loral pucat.
Burung ini berkembang biak di wilayah Siberia Timur, mencakup lembah Yenisey hingga semenanjung Chukotka, Kamchatka, dan pantai Laut Okhotsk. Sebagian besar populasi bermigrasi ke daerah yang lebih hangat selama musim dingin, dengan konsentrasi besar ditemukan di Korea Selatan dan beberapa wilayah Asia lainnya.
Perjalanan Migrasi
Migrasi Baikal Teals dimulai pada akhir September hingga awal Oktober. Kawanan besar burung ini bergerak dari wilayah berkembang biak di Siberia menuju lokasi musim dingin di Korea Selatan, terutama di danau-danau besar seperti Seosan dan Haenam. Selama perjalanan migrasi ini, mereka menempuh ribuan kilometer, terbang melintasi dataran tinggi pada malam hari.
Bebek Baikal Teals. Shuttestock
Setibanya di Korea Selatan, burung-burung ini membentuk kawanan padat yang dapat mencapai ratusan ribu ekor. Pada siang hari, mereka biasanya beristirahat di tengah danau, dan saat senja, mereka terbang untuk mencari makan di area persawahan. Migrasi ini menciptakan pemandangan luar biasa, di mana ribuan burung terlihat menari di langit malam.
Populasi Baikal Teals pernah mengalami penurunan drastis pada abad ke-20 akibat perburuan besar-besaran, penggunaan pestisida, dan hilangnya habitat. Di Jepang, misalnya, jumlah mereka menurun dari puluhan ribu menjadi hanya sekitar 2.000 ekor pada akhir 1980-an. Kondisi ini sempat memicu kekhawatiran bahwa spesies ini mungkin tidak akan pulih.
Namun, pada beberapa dekade terakhir, populasi Baikal Teals telah meningkat secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan habitat baru, seperti sawah dan danau reklamasi di Korea Selatan, yang menyediakan tempat bertengger yang aman dan sumber makanan yang melimpah. Pada tahun 2001/2002, diperkirakan sekitar 350.000 hingga 400.000 Baikal Teals bermigrasi ke Korea Selatan selama musim dingin.
Dewi Rina Cahyani turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Kecelakaan Jeju Air: Investigator Temukan DNA Bebek Migrasi dalam Mesin Jet