Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wayan Nurjaya, dosen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, meminta para wisatawan mewaspadai rip current atau arus rabak ketika berkunjung ke area pantai. Para pelancong harus bisa membaca tanda-tanda arus deras yang mengalir menjauhi pantai tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Arus rabak dapat dengan cepat menyeret perenang atau siapa saja yang berada di tempat kejadian dan mengalirkannya ke tengah laut,” kata Wayan melalui keterangan tertulis pada Jumat, 14 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Wayan, lebar arus yang timbul karena tekanan tinggi di bibir pantai ini umumnya kurang dari 9,1 meter. Adapun kecepatannya mencapai 2,4 meter per detik, hampir 2,5 kali lebih kuat dari arus Kuroshio atau Gulfstream yang memiliki kecepatan 1 meter per detik.
Arus rabak, dia meneruskan, cenderung terbentuk di sekitar gelombang pecah, terutama di pantai dengan gundukan pasir maupun di dekat dermaga. Dosen yang juga mendalami teknologi kelautan ini menyebut rip current juga datang dari interaksi gelombang ketika memasuki pantai.
“Air menumpuk di antara gelombang yang pecah di pantai,” kata Wayan.
Merujuk data statistik, kejadian kematian akibat arus rabak tergolong tinggi di wilayah Benua Amerika maupun Asia, termasuk di Indonesia. Kematian akibat fenomena alam ini pernah terjadi di pantai Kecamatan Palabuhanratu (Jawa Barat), Pantai Parangtritis (Yogyakarta), serta di pesisir Bali.
Perbincangan mengenai fenomena rip current belakangan kembali merebak karena insiden yang dialami sekelompok siswa SMPN 7 Mojokerto di Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta. Ada 13 siswa yang terseret arus laut. Empat orang dari jumlah tersebut meninggal dunia setelah terjebak dalam arus rabak.
Wayan mengimbau wisatawan agar selalu berenang di area yang diawasi penjaga pantai. Kemunculan arus rabak juga bisa diketahui dari perubahan warna air, serta celah pada gelombang yang pecah.
Para pengelola pantai bisa membuat peta bahaya arus rabak. Setelah memetakan lokasi arus rabak, antisipasi bisa diteruskan dengan pemasangan rambu-rambu, hingga edukasi kepada penjaga dan pengunjung pantai. Edukasi tersebut bisa mencakup tips ketika seseorang telanjur terjebak dalam rip current.
“Tetap tenang dan jangan melawan arus. Berenanglah sejajar dengan pantai hingga keluar dari jalur arus deras,” tutur Wayan. Jika kesulitan meloloskan diri, perenang disarankan tetap berusaha mengapung dalam posisi terlentang untuk menghemat energi, sambil memberi isyarat meminta pertolongan.