Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Drone Bawah Laut Hamas di Konflik Israel-Palestina, dari Mana Asalnya?

Hamas diketahui telah membeli wahana nirawak, di udara maupun laut. Di antaranya adalah Drone Ababeel1, pertama digunakan di Gaza pada 2014.

25 Mei 2021 | 17.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Video yang dirilis militer Israel, IDF, pada Senin 17 Mei 2021, menunjukkan kemampuan pejuang Palestina menggunakan persenjataan drone bawah laut atau Unmanned Underwater Vehicle (UUV). Drone diduga dimuati bahan peledak hingga 30 kilogram dengan sasaran rig di atas ladang gas alam di wilayah laut Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam video itu, IDF menunjukkan kemampuannya mendeteksi drone tersebut dan menghancurkannya tak lama setelah drone berada di air. IDF menyebut UUV itu berukuran cukup besar dan diangkut di atas mobil menuju lokasi peluncurannya. Ukuran UUV itu diperhitungkan bisa memuat bahan peledak hingga sebanyak 50 kilogram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UUV yang dihancurkan di perairan pantai di Gaza sebelah utara itu bukan satu-satunya yang dimiliki sayap militer Hamas. Kepala Staf Angkatan Laut Israel Mayor Jenderal Eli Sharvit mengakui kalau Hamas masih memiliki sejumlah senjata itu meski sebagian telah berhasil dihancurkan oleh pertahanan laut dan pantai Israel.

Pertanyaannya adalah, dari mana UUV itu berasal? Menurut pemberitaan media di Israel, UUV itu hasil modifikasi dari drone bawah laut komersial.

Seperti diketahui, UUV komersial diproduksi dan dijual di banyak negara. Kegunaannya adalah pemetaan bawah laut, termasuk jaringan pipa ataupun struktur dasar laut. UUV juga biasa digunakan saat survei kelautan, pemantauan lingkungan, dan misi peencarian dan penyelamatan.

Adapun UUV militer bisa untuk menanam ranjau di laut dalam, meluncurkan torpedo dan rudal, atau misi serangan bunuh diri. UUV Gaza dimaksudkan sebagai yang terakhir: senjata sekali pakai, meledak bersama muatannya.

Pemberitaan yang ada melaporkan UUV yang digunakan Hamas sepenuhnya robotik. Tapi itu sepertinya kurang tepat karena operator masih mengendalikannya dari pinggir pantai. Ini seperti yang ditunjukkan oleh video kedua IDF sepekan lalu yang menunjukkan sebuah mobil melaju meninggalkan lokasi peluncuran UUV pascaledakan.

Mobil dan orang di dalamnya akhirnya berakhir sama dengan UUV, dibom Israel karena dianggap ancaman.

Hamas diketahui telah membeli wahana nirawak, di udara maupun laut. Di antaranya adalah Drone Ababeel1, pertama digunakan di Gaza pada 2014. Drone ini adalah bikinan Mohamed Zouari, seorang perekayasa dirgantara dari Tunisia yang bekerja untuk sayap militer Hamas, Brigade Izz ad-Din al-Qassam.

Zouari mengerjakan dan menguji drone itu di Sfax, Tunisia, dan belakangan mengirimnya pula ke Iran. Sang insinyur ahli drone dan UUV ini kemudian ditemukan terbunuh di dalam mobil, di depan rumahnya di Sfax pada 15 Desember 2016. Saat itu usia Zouari 49 tahun.

Sejauh ini kemampuan drone dan UUV Hamas memang dikenal masih di tingkat generasi pertama yang membutuhkan operator dalam fungsinya. Tapi kemampuan itu diyakini bakal cepat berkembang. Salah satu alasannya adalah Iran--pemasok terbesar persenjataan Hamas--yang telah memiliki kapasitas untuk produksi UUV yang sepenuhnya robotik.

Gaza UCAV Drone buatan Iran. youtube.con

Satu contoh kemampuan rudal dan drone tempur bawah laut Iran adalah yang digunakannya ketika menyerang instalasi minyak Arab Saudi di Khurais dan Abqaiq pada September 2019. Rudal dan UUV diduga bekerja otonom dengan tingkat akurasi mencapai target yang juga meningkat.

Drone Bawah Laut, atau UUV Iran. hisutton.com

Iran juga tercatat pernah melakukan serangan diduga menggunakan UUV pada Mei 2019. Drone dengan peledak meluncur ke empat kapal tanker minyak di Pelabuhan Fujairah di Uni Emirat Arab. Menurut laporan yang ada, serangan menggunakan UUV yang disebut Azhdar atau Naga. Penampakannya mirip torpedo--panjang 8 meter--tapi melesat lebih lambat.

UUV Azhdar dianggap siluman dan baterai yang digunakan memberi drone ini kemampuan berenang hingga 24 jam sambil membawa 200 kilogram bahan peledak.

TIMES OF ISRAEL | HAARETZ | ASIA TIMES

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus