Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, mengungkap rencana Komite Darurat WHO menggelar rapat membahas situasi pandemi Covid-19 terkini pada Januari 2023. Rapat, kata dia, setelah pada Desember ini mewacanakan mencabut situasi darurat mulai tahun depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana dan wacana itu juga terangkai dengan pernyataan pada September lalu bahwa akhir pandemi sudah di depan mata. "Secara umum Covid-19 di dunia memang membaik," kata Tjandra Yoga saat dihubungi pada Jumat malam, 30 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengungkap itu saat dimintakan tanggapannya atas keputusan pemerintah mencabut Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam pengumuman yang disampaikan Jumat. Menurut Tjandra Yoga, situasi Covid-19 global sejalan dengan kondisi di dalam negeri.
Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini merujuk ke empat indikator penanganan Covid-19 domestik yang seluruhnya telah cukup lama menunjukkan perkembangan baik. Keempatnya adalah jumlah kasus positif, kasus aktif, positivity rate, dan tingkat keterisian rumah sakit.
"Dari perkembangan di dalam negeri dan dunia itu maka bisa dimengerti kalau ada pelonggaran-pelonggaran termasuk pencabutan PPKM," katanya.
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian (kiri) dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan keterangan pers terkait kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Istana Negara, Jakarta, Jumat 30 Desember 2022. Pemerintah memutuskan untuk mencabut kebijakan PPKM per 30 Januari 2022 berdasarkan kajian-kajian terkait pandemi COVID-19 di Indonesia yang semakin terkendali. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Mantan Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di Kementerian Kesehatan ini juga memberi penekanan kepada pesan dalam pengumuman agar penggunaan masker di tempat umum dan cakupan vaksinasi tetap ditingkatkan. "Ini balancing yang cukup baik dengan surveillance dari Kementerian Kesehatan yang harus tetap berjalan," kata profesor pulmonologi ini.
Tjandra berharap, setiap ada kasus positif yang terdeteksi, fungsi testing, tracing dan tracking tetap dijalankan. Ini, kata dia, sama seperti yang berlaku untuk jenis-jenis penyakit lainnya di tengah masyarakat.
Belajar dari pengalaman pandemi tiga tahun belakangan, dia mengingatkan kembali, "Ke depannya, bidang kesehatan harus tetap menjadi prioritas pemerintah di atas kepentingan politik dan ekonomi."
Bagaimana dengan perkembangan dari Cina dan varian baru Covid-19?
Tjandra Yoga menyarankan dan menilai tepat untuk selalu melihat perkembangan terkini dari ledakan kasus di Cina. Setiap mereka yang datang dari negara itu disarankannya wajib negatif Covid-19 sejak dari negara asalnya itu. Pun dengan pengawasan selama 14 hari pertama di sini.
Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Seperti diketahui, kasus baru Covid-19 sedang berlipat cepat di Cina. Virus SARS-CoV-2 subvarian Omicron BF.7 diduga berada di baliknya. Virus corona turunan dari Omicron BA.5 itu dideteksi memiliki angka reproduksi tertinggi dibandingkan subvarian Omicron sebelumnya.
Tapi, kata Tjandra, itu bukan alasan untuk tidak mencabut PPKM. "Kalau pandemi berhenti 2023 kan bukan berarti virus sudah hilang," katanya sambil menuturkan, "Orang yang sakit masih akan ada, yang meninggal ada, varian baru virusnya masih ada, cuma semua bisa dikendalikan."
Lagian, Tjandra juga mengungkap kalau pada Jumat malam itu baru saja mendapat kabar data terkini genome sequencing sampel virus dari Cina. Menurutnya, tidak ada perbedaan yang besar daripada data yang sudah ada sebelumnya. Artinya, skenario standar menghadapi kasus atau varian baru bisa diterapkan yaitu vaksinasi ulang.
"Surveillance melalui genome sequencing ini penting juga dijaga di Indonesia," katanya menambahkan.