RAUNGAN pesawat terbang bermesin jet kembali membahana di udara Paris. Sejak Kamis 11 Juni lalu hingga 21 Juni ini, berlangsung pameran dirgantara di bandar udara Le Bourget, yang terletak di jantung ibu kota Prancis. Pameran yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali ini biasa disebut "Paris Air Show" atau "Salon Le Bourget" - dianggap sebagai arena promosi kedirgantaraan yang paling bergengsi . Kali ini, pameran yang diresmikan oleh Presiden Francois Mitterrand itu, diikuti sekitar 1.500 peserta dari 31 negara. Berbagai pesawat sipil dan militer, persenjataan dan perlengkapan kedirgantaraan paling mutakhir, digelar di atas arena seluas 235.000 m2. Diperkirakan sekitar 400.000 pengunjung menjejali pameran tersebut. Seperti biasa arena promosi itu tak luput dari "pertarungan" penampilan pesawatpesawat tempur mutakhir. Tuan rumah Prancis masih menampilkan Mirage 2000 produksi Avions Marcel Dassault - Breguet Aviation (AMD-BA), yang pernah mempertunjukkan kebolehannya ketika air show) di Jakarta tahun silam. Tetapi pesawat yang dipamerkan sekarang ini sudah lebih maju teknologinya. Yaitu, Mirage versi 2000 E, pesawat tempur buru sergap multiperan. Juga Mirage versi 2000 N, pesawat tempur pengebom, yang antara lain khusus dirancang untuk membawa rudal supersonik berkepala nulir ASMP (Air-Sol a Moyenne Portee) buatan Aerospatiale. Pesawat lainnya, Super-Mirage 4000, juga tak ketinggalan diperagakan. Mesinnya berdaya dorong dua kali lipat dari generasi sebelumnya, Mirage 2000. Keistimewaan lain dari Super-Mirage 400G ini terletak pada "daya penciumannya" yang dilengkapi dengan radar khusus dan dapat mendeteksi benda musuh sampai sejauh lebih dari 75 mil. Namun, yang sesungguhnya menjadi taruhan prestise tuan rumah adalah pesawat tempur masa datang, Rafale - yang diproduksi AMD-BA. Pesawat ultramodern inilah yang menjadi kebanggaan nasional Prancis. "Kami mempunyai kebutuhan mendesak untuk membuat pesawat ini, yang harus didukung oleh industri pesawat terbang nasional Prancis," kata Presiden Mitterrand ketika membuka pameran. Prototip Rafale sebenarnya baru rampung April 1985 yang lalu. Sedangkan uji coba penerbangan pertamanya baru dilakukan 4 Juli tahun yang silam. Rancang bangun pesawat ini masih menggunakan kerangka desain seperti pada Mirage 2000. Hanya saja fisik Rafale lebih besar dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Bobotnya berkisar 20 ton. Rentang kedua sayapnya yang berbentuk delta itu 11 m dan panjang tubuhnya 15,80 m (pada Mirage 2000 rentang sayapnya 9 m dan panjang 14,5 m). Dengan memiliki lebar sayap yang lebih luas itu, Rafale mampu mengangkut 6 rudal sekaligus seberat 14 ton. Sedangkan Mirage 2000 hanya mampu mengangkut sejumlah rudal yang beratnya hanya 9,5 ton. Keunikan Rafale ini juga terlihat pada desain tubuh bagian depannya yang diberi tambahan sayap canard - seperti sayap bebek. Adanya sayap ekstra yang kecil ini membantu Rafale melakukan manuver-manuver sulit dengan lebih stabil dan lincah. Khususnya dalam melakukan penerbangan rendah di atas permukaan bumi dengan kecepatan minim. Hal ini dilakukan, biasanya, untuk tugas penyusupan ke garis belakang. Setelah melakukan misinya, Rafale dengan sayap bebeknya itu - memiliki keuntungan aerodinamis yang tiba-tiba bisa mengangkasa secara vertikal dan berkelat-kelit menghindari rudal lawan. Pesawat yang memiliki mesin ganda tipe F-404 keluaran General Electric (AS) itu dapat memacu kecepatan maksimum hingga 2 Mach. Perlengkapan navigasi di dalam "cockpit", prosesnya dilakukan komputer yang memudahkan kerja pilot. Sistem informasi kondisi pesawat dapat dimonitor lewat layar berukuran mini, secara digital, dan terintegrasi - seperti indikator bahan bakar, oksigen, keadaan mesin, listrik, mekanik hidraulik bahkan termasuk juga sistem persenjataan. Untuk memantau sekeliling pesawat juga disediakan layar monitor lainnya. Dengan begitu, pilot pesawat Rafale tak perlu lagi celingukan mencari pesawat lawan atau menghindar dari rudal musuh. Kini Rafale memasuki tahap akhir eksperimental, siap diproduksi dan dipasarkan secara bebas. Pemakai pertama pesawat ini tentu saja AU dan AL Prancis. Sementara itu, Inggris menampilkan pesawat tempur EFA (Experimental Aircraft Program). Pesawat ini merupakan pengembangan rancang bangun pesawat tempur generasi terdahulu P-120 buatan British Aerospace. Sedangkan Amerika Serikat memamerkan Super F-18 Hornet dari McDonnell Douglas dan pesawat pengebom antarbenua yang berkecepatan supersonik B-IB buatan Rockwell International. Uni Soviet menggelarkan pesawat angkut militer raksasa Antonov An-124 Ruslan. RRC, yang untuk pertama kalinya ikut, memperagakan pesawat tempur Xian FT-7 dan Nanchang A-5C. Kedua pesawat tempur itu--yang tak lain hasil modifikasi dari pesawat MiG Uni Soviet - ditawarkan dengan harga yang cukup menggiurkan: berkisar US$ 1,5 juta. Namun, di tengah gemerlapnya arena promosi di Le Bourget itu, awan kelabu tampak menyelimuti industri pesawat terbang. Tekanan ekonomi karena resesi yang melanda dunia belum pulih. Merosotnya harga minyak bumi membuat negara-negara produsen minyak tidak lagi royal membelanjakan uangnya untuk membeli pesawat tempur. Tak heran jika sejumlah perusahaan absen dari pameran ini. Antara lain Grumman, produsen pesawat tempur jarak jauh F-14 Tomcat, dan Northtrop, produsen F-20 Tigershark. Pasalnya, untuk ikut dalam pameran ini sekitar US$ 2 juta harus disediakan dari kocek perusahaan. A.K.S., Laporan Sapta Adiguna (Paris)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini