Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika punya peternakan sapi, tak perlu repot lagi membeli gas elpiji untuk memasak. Kotoran sapi bisa diolah menjadi gas yang kualitasnya sama dengan elpiji. Gas kotoran sapi (biogas) ini dikembangkan oleh Sulaeman dan kawan-kawannya dari Pengelola Energi Alternatif (PEAL) Jatinangor di Sumedang, Jawa Barat.
Biogas berasal dari proses dekomposisi mikroba. Proses ini terjadi pada biomasa atau mikroorganisme dari bahan organik seperti sampah, kotoran ternak, dan kotoran manusia, yang dicampur air dalam perbandingan tertentu. ”Proses ini berlangsung dalam ruangan tertutup,” kata Nana Sujana, salah satu perancang sistem gas kotoran sapi.
Nana menjamin biogas ini mudah terbakar dan hampir tak meninggalkan bau. Nyala api yang terbentuk sama dengan gas elpiji, biru, sehingga tak menimbulkan jelaga. Bahan bakar ini layak menjadi pilihan di tengah menipisnya energi fosil. Sistem ini cocok dikembangkan di daerah pedalaman yang tak terjangkau suplai elpiji.
Energi Pejalan Kaki
Dua mahasiswa Institut Teknologi Massachusetts di Boston, AS, menemukan sumber energi baru dari tekanan langkah manusia. Tekanan langkah biasa, apalagi lompatan, bisa diubah menjadi listrik.
Thaddeus Jusczyk, salah satu penemunya, mengatakan bahwa listrik yang dihasilkan sebaiknya berasal dari banyak tekanan langkah. Ini lantaran alat pengubah tenaga yang diberi nama Crowd Farm itu diletakkan di trotoar atau di bawah lantai pedestrian.
Menurut Jusczyk, satu langkah orang dewasa dapat menghasilkan tenaga listrik yang mampu menghidupkan dua lampu pijar 60 watt selama satu detik. Di daerah pedestrian yang ramai, dengan jumlah langkah sekitar 30 ribu, bisa dihasilkan tenaga yang dapat memenuhi kebutuhan listrik satu stasiun kereta selama satu detik.
Teknologi ini lebih pas jika digunakan untuk mendukung konser musik. Lompatan penonton yang bersemangat sudah cukup untuk menghasilkan tenaga penyuplai alat konser.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo