Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam berbagai proses administrasi, sidik jari biasanya dibutuhkan. Penggunaan sidik jari biasanya bertujuan untuk membuktikan otentisitas dokumen yang dibutuhkan. Selain dalam proses administrasi, sidik jari biasanya juga dibutuhkan dalam proses penyidikan perkara pidana. Dengan menggunakan sidik jari, para aktor yang terlibat dalam perkara tersebut dapat diketahui.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pemanfaatan sidik jari di berbagai bidang tersebut tentu memiliki alasan. Fakta bahwa setiap orang memiliki sidik jari yang berbeda-beda merupakan salah satu alasan penggunaan sidik jari sebagai alat identifikasi. Namun, apa sebenarnya yang membuat orang-orang memiliki sidik jari yang berbeda-beda?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perbedaan sidik jari yang berbeda antara satu orang dengan yang lain dilatarbelakangi berbagai hal. Dilansir dari askdruniverse.wsu.edu, sidik jari setiap orang bisa memiliki pola yang berbeda karena faktor gen. Gen merupakan sebuah instruksi yang ditulis di dalam tubuh manusia. Gen berguna untuk memberi instruksi kepada tubuh untuk mengatur beberapa hal, seperti warna mata, bentuk hidung, hingga pertumbuhan kulit.
Pertumbuhan kulit bayi dalam kandungan terjadi ketika dermis (lapisan kulit dalam) dan epidermis (lapisan kulit luar) saling bertemu. Pertemuan inilah yang kemudian akan membentuk pola-pola lekukan pada sidik jari. Setiap bayi biasanya memiliki instruksi gen yang berbeda-beda untuk menumbuhkan kulit. Karena itu, setiap orang biasanya memiliki pola sidik jari yang berbeda-beda.
Selain faktor gen, menurut laman scienceabc.com, sidik jari juga dibentuk oleh lingkungan. Berbagai aktivitas yang dilakukan berulang-ulang, seperti memindahkan batu-bata, memegang benda kasar, dan aktivitas-aktivitas lain yang menggunakan tangan dapat membuat pola sidik jari seseorang berubah. Perubahan tersebut terjadi karena sidik jari terus-menerus melakukan penyesuaian ketika mendapat reaksi dari lingkungan.
Cara ini umumnya digunakan oleh para kriminal untuk mengakali penyidikan tindak kejahatan yang menggunakan sidik jari. Para kriminal yang profesional biasanya menghilangkan sidik jarinya dengan cara membakar atau menumpahkan cairan asam ke jari-jari mereka. Cara tersebut membuat mereka mampu bergerak di dunia kriminal seperti hantu yang tidak terdeteksi.
Meskipun demikian, sebagaimana dilansir dari sites.rutgers.edu, sidik jari dapat tumbuh kembali. Berbagai upaya untuk menghilangkan sidik jari dengan cara dibakar maupun dituangkan cairan asam hanya membuat sidik jari tumbuh kembali dengan pola yang sama.
BANGKIT ADHI WIGUNA