Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wilayah Indonesia pada Oktober ini tengah mengalami hari tanpa bayangan. Juru bicara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Jasyanto mengatakan fenomena yang terjadi tahunan ini tidak memiliki dampak signifikan.
Baca: Apa Penyebab Hari Tanpa Bayangan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satu dampak yang bisa dirasakan ialah kenaikan suhu. "Terjadi kenaikan suhu (panas) sekitar 9 persen saat berlangsung," kata dia kepada Tempo, Rabu, 10 Oktober 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Jasyanto, hari tanpa bayangan merupakann fenomena alam biasa terjadi di daerah yang dilalui garis khatulistiwa. Di Indonesia, hari tanpa bayangan tidak hanya bisa dinikmati di Pontianak saja, tapi juga kota-kota lainnya. Dalam setahun peristiwa itu bisa diamati sebanyak dua kali.
Ia menyatakan momen hari tanpa bayangan berjalan berbeda-beda di setiap lokasi. Namun secara umum fenomena itu terjadi saat matahari berada tepat di atas kepala, sekitar pukul 12.00. "Di Jakarta kemarin terjadi sekitar pukul 11.40 WIB dan berlangsung selama 10 menit saja," ucap Jasyanto.
Lebih lanjut, tidak semua obyek bisa kehilangan bayangan. Pohon-pohon rindang yang berukuran besar bila diamati akan tetap memiliki bayangan saat peristiwa berjalan. Umumnya, hari tanpa bayangan bisa diamati pada obyek seperti tugu. Salah satu obyek yang menarik dilihat ialah Monumen Nasional.
Peneliti LAPAN Rhorom Priyatikanto menjelaskan selain matahari terasa lebih terik, ada pertanda lainnya saat terjadi peristiwa hari tanpa bayangan. Ia menyebut fenomena hari tanpa bayangan merupakan tanda mulai terjadi perubahan musim di wilayah Indonesia. "Dampak lainnya tidak ada perubahan percepatan atau gaya gravitasi bumi atau matahari," kata dia.
Selain Pontianak, ada beberapa kota lainnya yang mengalami hari tanpa bayangan atau mencapai titik kulminasi. Di Denpasar hari tanpa bayangan berlangsung pada 26 Februari dan 16 Oktober, Jakarta 5 Maret dan 9 Oktober, Belitung 13 Maret dan 1 Oktober, Pontianak 21 Maret dan 23 September, serta Sabang 5 April dan 8 September.
ADITYA BUDIMAN