Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Hari Tanpa Bayangan di Yogyakarta Berlangsung Akhir Pekan Ini, Catat Waktunya

Hari tanpa bayangan merupakan istilah merujuk fenomena kulminasi utama atau saat posisi matahari tepat berada di titik paling tinggi.

10 Oktober 2024 | 05.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta membeberkan soal adanya fenomena hari tanpa bayangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang berlangsung bulan Oktober 2024 ini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari tanpa bayangan merupakan istilah merujuk fenomena kulminasi utama atau saat posisi matahari tepat berada di titik paling tinggi yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu berbeda selama September hingga Oktober.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di wilayah DIY yang meliputi lima wilayah kabupaten/kota, hari tanpa bayangan itu diprediksi berlangsung akhir pekan ini, yakni Sabtu-Minggu, 12 hingga 13 Oktober 2024.

"Durasi hari tanpa bayangan ini singkat, sekitar 30 detik saja, namun suhu udara akan terasa lebih terik atau lebih panas dibanding biasanya," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY Reni Kraningtyas Rabu, 9 Oktober 2024.

Jadwal Fenomena Hari Tanpa Bayangan

Reni membeberkan, di Kabupaten Sleman, misalnya, fenomena hari tanpa bayangan diprediksi terjadi lebih awal, yakni Sabtu 12 Oktober pukul 11.25 WIB.

Adapun di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul, baru akan mengalami fenomena itu esok harinya, yakni pada Ahad, 13 Oktober dengan waktu berbeda-beda.

Di Kabupaten Gunungkidul fenomena itu terjadi pukul 11.23 WIB, lalu di Kota Yogyakarta dan Bantul diprediksi terjadi pukul 11.24 WIB, dan di Kabupaten Kulon Progo pukul 11.25 WIB.

Rutin Terjadi

BMKG Yogyakarta meminta masyarakat tak perlu khawatir atau panik terhadap fenomena yang rutin terjadi karena letak geografis Indonesia tersebut. Letak Indonesia yang berada di sekitar ekuator menyebabkan fenomena ini bisa terjadi dua kali dalam setahun. Waktu berlangsungnya tidak lama, hanya saat matahari berada di khatulistiwa yang biasanya terjadi pada tanggal 23 September dan 21 Maret.

"Fenomena ini terjadi ketika posisi matahari tepat di titik paling tinggi di langit atau saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat," kata dia.

Fenomena kulminasi utama itu, lanjut Reni, terjadi karena bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang revolusi bumi. Jadi, posisi matahari dari bumi terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5 derajat lintang utara sampai dengan 23,5 derajat lintang selatan. Hal ini juga biasa disebut sebagai gerak semu harian matahari.

Bagi masyarakat yang ingin merasakan momen hari tanpa bayangan ini, disarankan berada di luar ruangan atau ke area yang lapang saat waktu yang diprediksikan itu tiba. Cobalah mencari lokasi yang tidak dikelilingi pohon atau bangunan tinggi yang menghalangi saat fenomena itu terjadi. "Selama cuaca cerah, tidak berawan atau hujan, sinar matahari dapat menyinari tubuh kita," kata Reni.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus