Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Hotel terapung ericsson

Suatu gagasan baru dari perusahaan j.c. ericsson, swedia, yang memperkenalkan pemukiman terapung bagi karyawan sumur minyak lepas pantai yang letaknya terpisah. (tek)

23 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1 Nopember 1975 merupakan hari bersejarah bagi Christer Ericsson. Pagi hari itu, bekas pelaut yang jadi perancang bangunan itu sedang menyetir mobilnya ke kantor. Tiba-tiba, lewat radio mobilnya dia mendengar berita meledaknya sumur bor terapung Alfa di Laut Utara. Yang paling mengejutkan dia bukan kerugian nilai minyak dan gas yang terbakar percuma. Tapi keterangan si penyiar radio, bahwa "tempat tinggal 85 karyawan minyak di atas landasan terapung itu ikut musnah," cerita Ericsson pada majalah Sweden Now, tiga tahun kemudian. Lalu, apa yang diperbuatnya? Dia segera menelpon pemilik sumur terapung itu, lalu menawarkan kontrak pembangunan perumahan karyawan terapung -- terpisah dari sumur bornya. Kontrak diperolah usahawan muda itu, dan dalam seminggu perumahan terapung yang tahan api itu sudah jadi . Kebetulan, Ericsson sebelumnya sudah mensuplai para kontraktor bangunan di Arab Saudi dan Maroko dengan modul rumah tinggal yang bisa didirikan dengan cepat dan secara massal. Jadi masalah yang dihadapinya di tambang-tambang minyak lepas pantai hanyalah: bagaimana mendirikan rumah-rumah modul itu diatas landasan terapung. "Terlalu riskan mengebor minyak dan sekaligus bermukim di atas landasan-landasan terapung itu," ujar Ericsson. Makanya terbakarnya sumur minyak lepas pantai milik Norwegia itu dianggapnya sebagai "pemukau mata" orang-orang minyak. Sejak saat itulah pengusaha muda itu memperkenalkan sesuatu yang baru: sumur bor dan landasan pemukiman yang terpisah di tengah laut, yang dihubungkan dengan terowongan atau helikopter. Dan perusahaannya, yang tadinya hanya membangun rumah murah di atas tanah, mulai bercabang ke perumahan terapung di laut. Pesanggrahan Kini perusahaan J.C. Ericsson AB itu sudah menjual 1000 rumah modul ke perusahaan-perusahaan minyak di laut Utara, dan menyulap 16 bekas sumur minyak terapung menjadi kompleks pesanggrahan terapung. Gagasan Ericsson itu cukup memberikan rezeki pula pada galangan kapal Goetaverken di Swedia. Di sana 500 karyawan kini sibuk membangun hotel-hotel terapung -- Ericsson menyebutnya "float-tel" -- atas pesanan pengusaha muda itu. Float-tel terbesar yang telah dibangun mampu menampung 600 orang karyawan. Awak pesanggrahan terapung itu sendiri hanya selusin orang. Untuk menunjang pasarannya itu, Ericsson kini mengoperasikan armada kapalnya sendiri, yang berlayar di bawah bendera Swedia. "Kami memerlukannya, untuk menghela perumahan terapung buatan kami ke tempat pemesannya," begitu dia menjelaskan. Rupanya, dia tak cuma puas melayani pesanan di Laut Utara saja, tapi juga bersiap-siap menunggu pesanan dari Teluk Persia . Melihat perkembangan begini, ramalan Prof. Richard Meier, itu ekolog dan futurolog Berkeley (AS) yang ke Jakarta tempo hari tentang 15 juta penduduk Jakarta yang bakal hidup di atas laut, mungkin dapat terwujud. Sebab setelah 10-20 tahun beroperasi, dan minyak di lepas pantai Laut Jawa dan Laut Natuna makin langka, mau diapakan ratusan landasan terapung yang bakal menganggur karena minyak dan gas di paparan Sunda ini habis? Kalau diubah jadi perkampungan semi-permanen terapung, mungkin akan membawa manfaat lain. Namanya juga semi-permanen. Jadi kalau Jakarta nanti sepi, satu dua "kelurahan terapung" itu dapat saja bongkar sauh dan berlayar ke Banjarmasin atau Ujung Pandang, lalu parkir disana. Gagasan Ericsson, ternyata sudah diterapkan oleh dua orang usahawan Amerika di Singapura. Michael Forwell dan Robert Liezman, bulan lalu terpaksa berurusan dengan syahbandar Singapura karena suatu ciptaan mereka yang 'aneh'. Mereka telah merubah sebuah tongkang menjadi hotel terapung buat karyawan-karyawan minyak lepas pantai. Tongkang itu sendiri, Dari Laut namanya, masih baru. Nopember tahun lalu selesai dibangun. Tapi entah dari mana mereka dapat ilham, segera sesudah tongkang itu rampung suatu galangan kapal mereka order untuk menyulapnya menjadi floatel. Karena pekerjaan di dok agak kedodoran di luar jadwal, tongkang itu mereka hela ke laut lepas, dekat Pulau Coney. Di sana pembangunannya mereka lanjutkan. Menurut wartawan New Nation yang meninjau ke atas kapal Dari Laut, sudah sembilan kabin tamu yang selesai dibangun di atas geladak. Semua kabin itu ber-AC, dengan lantai berlapis karpet dari dinding-ke-dinding. Selain itu masih ada ruang awak kapal yang banyaknya 10 orang, kamar mesin, dan tempat parkir sebuah jeep dan beberapa kapal motor tempel di atas geladak. Semuanya itu dilindungi dengan kerangka baja beratap setinggi 12 meter. Pembangunan masih dilanjutkan dengan kamar-kamar di lantai dua. Tapi lalu timbul kesulitan dengan Syahbandar Singapura. Hotel terapung itu rupanya dianggap sejenis bangunan liar karena membuang sauh di perairan yang terlarang untuk kapal, dan tak punya nomor registrasi yang sesuai. Memang, kapal itu punya nomor registrasi Panama sebagai tongkang, tapi bukan sebagai hotel terapung yang dapat meluncurkan perahu-perahu motor plesiran (yang juga belum terdaftar). Tapi justru inilah kesulitan Forwell dan Liezman: klasifikasi pendaftaran untuk 'hotel terapung' memang belum dikenal di kalangan pelayaran. Seperti diucapkan Michael Forwell: "Kapal ini baru merupakan suatu prototype, dan kami masih harus berjuang untuk mendapatkan klasifikasi." Sementara itu demi ketertiban birokratis, hotel terapung Dari Laut harus kembali ke laut bebas, ke luar dari perairan Singapura, sehingga pembangunannya jadi terbengkalai. Nasib suatu ciptaan baru. Kecuali kalau Indonesia mau memberikan tempat padanya, barangkali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus