Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Baik-Buruk Ibu Kota Nusantara dan Nasib Jakarta

Pakar perencanaan kota, Alfonso Vegara, bicara soal pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan masa depan Jakarta.

29 Agustus 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kota keberlanjutan seperti IKN harus bisa menggabungkan tiga pilar, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi.

  • Alfonso Vegara menyodorkan konsep City of Blue Ocean untuk mengatasi masalah Jakarta.

  • Ibu Kota Nusantara sebagai kota politik dan Jakarta sebagai kota ekonomi akan saling melengkapi.

Nama Alfonso Vegara cukup tersohor sebagai pakar tata kota. Ia mendapatkan gelar doktor dalam bidang perencanaan kota dan wilayah serta gelar dalam bidang arsitektur, ekonomi, dan sosiologi. Ia juga pendiri dan Presiden Kehormatan Fundacion Metropoli, lembaga berbasis di Spanyol yang didedikasikan untuk penelitian, desain, serta inovasi di kota-kota di seluruh dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden ISOCARP, Masyarakat Internasional Perencana Kota dan Wilayah yang beranggotakan lebih dari 70 negara, ini datang ke Jakarta pada pertengahan Agustus 2024 atas undangan Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Industrial Development Organization/UNIDO) sebagai pembicara dalam acara bertema "Cities of Tomorrow: Collaborative Strategies for New Cities." 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria kelahiran Spanyol pada 1955 ini menjawab pertanyaan soal standar keberlanjutan sebuah kota, seperti Ibu Kota Nusantara, dan soal masih minimnya investor yang mau berinvestasi. Ia juga menjelaskan hasil penelitiannya soal bagaimana mengatasi masalah Jakarta yang rutin diterjang banjir, menghadapi ancaman kenaikan permukaan air laut (sea level rise), dan mengalami penurunan permukaan tanah. 

Meski memuji letak Ibu Kota Nusantara yang strategis di tengah kepulauan Indonesia, Alfonso mengingatkan tentang prinsip dalam membangun sebuah kota baru. "Menciptakan kota tidak hanya menciptakan bangunan, tapi juga menciptakan kehidupan di dalamnya," katanya dalam wawancara sekitar satu jam dengan wartawan Tempo, Abdul Manan, di Jakarta, Rabu, 14 Agustus 2024. 

IKN mengklaim sebagai kota yang mengusung konsep berkelanjutan. Secara internasional, seperti apa parameternya?

Keberlanjutan memiliki tiga pilar. Pertama, lingkungan. Kedua, sosial. Ketiga, ekonomi. Dalam banyak kesempatan, orang hanya berbicara tentang keberlanjutan lingkungan, dalam kaitannya dengan dialog antara permukiman perkotaan dan keberlanjutan alam.

Hal ini sangat penting. Namun hal yang juga sangat penting adalah orang-orang yang tinggal di kota itu memiliki pekerjaan, kesejahteraan, dan keberlanjutan ekonomi untuk menghidupi keluarga, serta dapat mengembangkan kegiatan mereka sendiri untuk tumbuh sebagai profesional.

Berikutnya, keberlanjutan sosial untuk menemukan keseimbangan. Kami tidak tahu ada kota-kota yang sukses di seluruh dunia tanpa adanya integrasi sosial. Jika terjadi ketidakseimbangan sosial, akan ada ketidakamanan, ketegangan, dan masalah. Jadi ketika bicara keberlanjutan, kita mempertimbangkan konsep yang disebut Trilogi Perkotaan dengan tiga elemen: ekonomi, lingkungan, dan sosial. 

Salah satu kritik terhadap IKN adalah soal dampaknya terhadap lingkungan dan peminggiran masyarakat adat. Apa masukan Anda?

Dampak lingkungan harus dipertimbangkan dalam skala yang berbeda. Anda memiliki skala keterbatasan kota dan area tempat kota akan dikembangkan di masa mendatang. Di sekitar ibu kota ada Balikpapan, Samarinda, garis pantai, jembatan, dan pertambangan. Jadi Anda akan menemukan zona pertambangan sangat rusak yang perlu dipulihkan.

Jadi dampak ibu kota baru harus dirancang dengan mempertimbangkan penyesuaian terhadap alam. Penting untuk mempertimbangkan tidak hanya batas kota, tapi juga wilayah sekitarnya. Cobalah untuk menemukan keseimbangan antara pertanian, kehutanan, garis pantai, rehabilitasi area pertambangan, serta desa dan kota yang ada. Sistem ini kita sebut sebagai "berlian teritorial". Sebab, kita memiliki alam dan kita dapat memiliki alam kedua.

Alam itu ada saat ini sebelum manusia bermukim. Namun saat manusia ada di sana, kita perlu memperbaiki alam. Kita menyebutnya alam kedua. Alam kedua mungkin adalah rehabilitasi zona pertambangan, reboisasi di area lain, pengembangan pertanian, dan penanganan garis pantai. Jadi keseimbangan akhirnya adalah antara pemukiman dan alam itu sendiri.

Jelas, setiap kali melakukan aktivitas manusia di wilayah tersebut, Anda akan merasakan dampaknya, buruk atau baik. Saya melihat desainnya sangat sensitif. Jika tidak mengintervensi, Anda tidak akan menyentuhnya. Namun jika Anda sebagai negara perlu membangun ibu kota dan memutuskan untuk mengintervensi, kontribusi paling kuat yang dapat diberikan adalah merancangnya sesuai dengan alam. Mengintegrasikan alam dalam desain. 

Warga bercengkrama dengan latar Istana Negara IKN di Taman Kusuma Bangsa, Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, 18 Agustus 2024. ANTARA/Muhammad Adimaja

Pilihan IKN yang berada di Kalimantan juga mengundang kritik. Apa penilaian Anda soal itu?

Letaknya tidak terlalu jauh dari Jakarta, tapi berada di pusat gravitasi negara. Salah satu tujuan pembangunan ibu kota baru adalah menciptakan simbol persatuan negara. Selain itu, untuk menciptakan elemen yang menyeimbangkan oleh negara dalam hal ekonomi, untuk menciptakan pusat ekonomi baru.

Upaya pembangunan ibu kota baru, ibu kota politik dan administratif baru, harus disertai dengan pembangunan kawasan pengembangan ekonomi di wilayah tersebut, yang dapat mengintegrasikan penduduknya. Sebagian dari mereka bekerja di pertambangan dan pertanian. Namun, di masa mendatang, kegiatan ekonomi lain, seperti pariwisata dan industri, dapat dilakukan.

Indonesia memiliki kapasitas untuk menciptakan kawasan pengembangan ekonomi di kawasan ini. Ide untuk menciptakan pusat ekonomi baru di kawasan ini di Indonesia adalah sesuatu yang sangat kredibel bagi investor internasional karena Indonesia sangat besar.

Indonesia sedang tumbuh dan memiliki kapasitas untuk menciptakan pusat ekonomi di wilayah ini yang dapat dikembangkan secara paralel dengan ibu kota baru. Sangat sulit untuk berhasil membangun ibu kota baru secara terpisah. Brasilia, misalnya. Brasilia dimulai dari awal. Butuh waktu hampir 30 tahun untuk menghidupkannya.

Namun, pada saat yang sama, Anda menciptakan ibu kota, sedikit demi sedikit. Anda memiliki upaya untuk menciptakan kawasan pengembangan ekonomi. Orang-orang dari daerah lain di Indonesia akan datang untuk memanfaatkan lapangan pekerjaan yang akan tercipta di sana. Menurut saya, keseimbangan antara ibu kota dan wilayah sekitarnya itulah yang kita sebut sebagai berlian teritorial, yaitu Samarinda, Balikpapan, serta kota-kota kecilnya. 

Anda pernah datang ke lokasi IKN?

Bappenas mengundang saya untuk datang ke sana dua atau tiga tahun lalu.

Apa penilaian Anda soal pembangunan IKN?

Saya terkejut dengan sifat dan karakteristiknya. Bayangkan jika Anda mengembangkan proyek di kawasan metropolitan, Anda dapat mencoba semua konsep ini di sini. Ini sesuatu yang kita sebut sebagai keunikan wilayah Balikpapan dan Samarinda. Investasi internasional akan lebih membutuhkan zona pembangunan ekonomi daripada di ibu kota itu sendiri karena ibu kota bergantung pada posisinya.

Namun yang lainnya adalah kekuatan ekonomi yang akan tumbuh di negara dengan hampir 300 juta penduduk ini. Jika Anda menciptakan insentif pajak khusus di area ini, negara memiliki potensi. Lihat di peta. Lokasi (IKN) Anda sangat dekat dengan Ho Chi Minh, Manila, Jakarta, Singapura, dan Davao. Sistem perkotaannya sangat kuat. Jadi jika Anda menciptakan sesuatu, seperti pembangunan ekonomi, industri, produksi pangan, dan pariwisata, permintaannya sudah terjamin. Jadi kita berada di lokasi yang sangat strategis dengan banyak populasi di sekitarnya.

Sesuatu yang beralasan mengapa saya ingin menekankan perlunya menggabungkan ibu kota dengan berlian teritorial. Jika menciptakan ibu kota baru secara terpisah, Anda tidak memiliki diversifikasi. Itu hanya jadi urusan administratif dan sangat membosankan.

Saya ingat tujuh tahun lalu kami pergi ke Putrajaya, Malaysia. Anak muda tidak ingin pergi ke Putrajaya. Mereka lebih suka tinggal di Kuala Lumpur. Kami mengembangkan proyek untuk menarik minat kaum muda untuk tinggal di Putrajaya.

Namun di sini terdapat keragaman orang di berbagai sektor. Anda perlu memperbaiki bandar udara, pelabuhan, dan konektivitas. Konektivitas adalah kunci keberhasilan pembangunan. Jadi saat membangun infrastruktur untuk ibu kota baru, Anda juga meningkatkan kemungkinan (pertumbuhan ekonomi) di area ini. Saat ini kita sudah memiliki 2 juta orang yang tinggal di Samarinda dan Balikpapan. Angka 2 juta orang itu sangat penting.

Tapi ada banyak pesimisme soal masuknya investasi asing ke IKN. Apa penyebabnya?

Investasi adalah tentang kredibilitas. Kredibilitas bergantung pada kualitas proyek dan kemauan para pemimpin politik untuk berinvestasi serta terus mendorong proyek ini. Jadi tanggapan presiden baru (Prabowo Subianto) yang berkaitan dengan itu sangat jelas bahwa dia akan terus melakukannya.

Saat pemilihan umum, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Namun sekarang jelas bahwa akan ada kesinambungan di bagian tanggung jawab untuk membangun ibu kota baru. Hal itu akan meningkatkan kredibilitas di pasar internasional.

Jika presiden baru dalam lima tahun mendorong pembangunan, hal ini sangat penting bagi kredibilitasnya (IKN). Sebab, jika tidak, bagaimana orang akan berinvestasi dalam infrastruktur, seperti kemitraan publik-swasta, jika mereka tidak yakin apakah kota baru itu masih ada dalam 30 tahun mendatang?

Makin banyak dukungan politik, keberlanjutan, dan kredibilitas yang kita berikan kepada pasar internasional, makin besar kapasitasnya untuk menarik investasi.

Namun, menurut saya, magnet yang paling kuat untuk menarik investasi adalah keinginan mengembangkan kawasan pengembangan ekonomi baru. Sebelum mengembangkan IKN, Anda perlu menambah jumlah bandara untuk konektivitas. Orang-orang yang bekerja di bidang pertanian dan pariwisata akan memiliki lebih banyak pilihan jika memiliki ibu kota baru.

Aspek lainnya soal diversifikasi. Saya pikir untuk pusat ekonomi baru, ada banyak alasan untuk berinvestasi di area ini. Makin kita menekankan penciptaan pusat ekonomi baru untuk Indonesia yang dikaitkan dengan ibu kota baru, makin baik untuk menarik investasi.

Apa yang seharusnya dilakukan jika pemerintah ingin investasi asing masuk ke IKN?

Pemilu adalah momen yang sulit untuk pembangunan infrastruktur. Namun mulai sekarang akan jauh lebih mudah. Anda akan lihat dalam beberapa tahun mendatang banyak investasi berdatangan. Jika presiden baru mengambil posisi bahwa kami akan melanjutkan inisiatif Jokowi dan membangun ibu kota baru, pesan ini sangat mendasar.

Hal itu mengandaikan presiden baru tidak berubah pikiran soal kebijakan tentang IKN?

Saya tidak tahu. Sejauh yang saya tahu, presiden baru mengatakan berkomitmen dengan proyek tersebut.

Berdasarkan pengalaman dari negara lain yang memiliki ibu kota baru, apa tantangan terbesarnya?

Ibu kota baru mengaktifkan banyak imajinasi, sumber daya, dan energi. Sebab, hal itu adalah impian bagi sebuah negara. Menciptakan kota tidak hanya menciptakan bangunan, tapi juga menciptakan kehidupan di dalamnya.

Mungkin politikus yang tinggal di Jakarta ingin tinggal di sini (Jakarta) dan kemudian ingin pergi ke IKN bersama keluarga. Termasuk kedutaan besar. Kedutaan besar ada di sini. Namun sebagian besar aktivitas kedutaan besar terkait dengan aktivitas ekonomi. Mesin ekonomi negara akan terus berada di Jakarta. Ibu kota baru akan menjadi ibu kota administratif atau ibu kota politik.

Keseimbangan harus ditemukan. Di Amerika Serikat, ada New York dan Washington, serta ada hubungan yang sangat kuat di antara keduanya. Bahkan di Italia, ada Roma, tapi mesin utamanya adalah Milano. Ibu kota selalu ada. Terkadang bukan kota terbesar, terkadang lebih kecil. Namun manfaat memiliki ibu kota baru dapat mengimbangi semua upaya ekonomi yang diperlukan untuk membangunnya. Sebab, tidak mudah menjaga persatuan dan mengidentifikasi setiap orang yang tinggal di Nusantara agar dapat diidentifikasi dengan Jakarta.

Jadi gagasan untuk menciptakan pusat kegiatan ekonomi baru ini dapat memberikan kredibilitas kepada wilayah lain dan menghasilkan ekonomi yang jauh lebih seimbang serta negara yang jauh lebih seimbang.

Sebagai pakar dari luar, bagaimana Anda melihat skeptisisme masyarakat terhadap IKN?

Saya pikir mungkin karena pesan-pesan di awal tidak bagus. Namun saya mengaitkan hubungan antara Jakarta dan ibu kota baru serta masalah-masalahnya. Ibu kota baru dan Jakarta terkait erat, saling melengkapi, dan bersinergi. Hal itu akan memberikan banyak makna pada semua upaya yang telah dilakukan sejauh ini. Jadi Jakarta bukanlah masalahnya. Jakarta adalah peluangnya.

Di Jakarta, Anda memiliki konsentrasi orang dengan bakat terbaik, konektivitas internasional yang lebih baik melalui bandara, rumah sakit terbaik, universitas terbaik, dan sebagainya di negara ini. Jadi Jakarta akan menjadi mesin ekonomi negara. IKN tidak hanya sebagai simbol persatuan negara, tapi juga zona pengembangan ekonomi baru. Selain itu, IKN menunjukkan bahwa negara ini dapat menghasilkan zona pengembangan ekonomi baru, tidak hanya di ibu kota, tapi juga di wilayah lain.

Jadi, tantangan Jakarta dalam menangani air dan garis pantai adalah sesuatu yang dapat dipelajari oleh kota-kota lain di Indonesia serta kota-kota lain di seluruh dunia. Sektor solusi perkotaan adalah salah satu sektor yang paling berkembang di dunia. Solusi perkotaan berarti air, energi, transportasi, dan real estat. Semua sektor ini sangat kuat di masa depan.

Jika Jakarta memiliki proyek pembaruan perkotaan yang patut dicontoh dalam skala yang lebih besar, ini merupakan sesuatu yang dapat memulihkan kepercayaan dan keyakinan investor internasional serta warga negara di Indonesia. Ini adalah cara saya melihat dari luar. Anda tahu semua kontroversi itu, tapi saya tidak tahu.

Dari pengalaman negara lain yang memindahkan ibu kotanya, apakah juga banyak skeptisisme dari publik?

Mungkin tidak pada tahap awal, karena dalam banyak kasus ketika seorang presiden mengusulkan gagasan untuk menciptakan ibu kota baru, ini adalah sesuatu yang unik. Pada awalnya, ini bukan masalah. Pada awalnya ini adalah mimpi. Namun mungkin butuh waktu sepuluh tahun lagi. Kami terus berupaya memindahkan orang ke sana dalam membangun infrastruktur.

Agar orang pindah ke sana, mereka perlu memindahkan keluarga mereka. Jadi, mereka perlu mencetak lapangan pekerjaan untuk anggota keluarga. Mereka perlu memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka. Anda tidak dapat membangun seluruh kota atau infrastruktur tersebut dalam dua tahun. Anda dapat membangun gedung. Namun, untuk menghidupkan dan membangun masyarakat yang terorganisasi, itu butuh waktu.

Jadi, pada awalnya, itu mimpi. Namun upaya ini perlu dilanjutkan. Itulah alasan mengapa jika ruang di sekitar ibu kota berkembang, Anda dapat memiliki lebih banyak orang, lebih banyak keanekaragaman, dan lebih banyak pilihan.

Anda tidak perlu membangun semua universitas atau semua lapangan pekerjaan di dalam ibu kota. Orang-orang dapat pindah dan menikmati diversifikasi ekonomi, diversifikasi pilihan rekreasi, pengembangan pariwisata di daerah tersebut, tidak hanya terkonsentrasi di satu kota.

Ada kekhawatiran bahwa IKN akan bernasib sama seperti ibu kota Myanmar, Naypyidaw. Apakah kekhawatiran itu masuk akal? 

Menurut saya, ini bisa jadi sebuah keberhasilan karena Anda memerlukan ekonomi yang lebih seimbang. Anda tidak bisa memiliki persentase yang sangat tinggi dari ekonomi global negara hanya di satu pulau, hanya di satu wilayah metropolitan. Kami menghitungnya dalam beberapa isokron.

Ini bukan hanya 20-30 juta orang yang tinggal di wilayah (area IKN) ini. Di wilayah ini, kami memiliki hampir 70 juta orang yang tinggal. Ini adalah salah satu wilayah paling kompleks di dunia dan merupakan tantangan bagi negara untuk mengartikulasikan keinginan penghuninya. 

Pakar Arsitektur Urban yang juga Pendiri dan Presiden Kehormatan Fundacion Metropoli, Alfonso Vegara berbicara di Kantor United Nations, Jakarta, 14 Agustus 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis

Apa dampak dari ibu kota baru terhadap Jakarta setelah kehilangan status ibu kota Indonesia?

Saya melihat lebih banyak peluang daripada kerugian. Misalnya, semua gedung administrasi berada di lokasi yang sangat sentral. Ini adalah peluang fantastis untuk mendatangkan perusahaan yang berkaitan dengan kluster yang ingin kita miliki di masa mendatang di Jakarta. 

Misalnya, jika kita ingin mendorong kecerdasan buatan dan ekonomi baru, kita akan memiliki banyak gedung di lokasi strategis yang dapat mengakomodasi perusahaan di sektor swasta yang ingin kita promosikan. Bayangkan pendidikan, layanan kesehatan, dan ilmu hayati secara umum, kecerdasan buatan. 

Semua kegiatan baru ini, alih-alih pergi ke pinggiran wilayah metropolitan, mereka dapat pergi ke lokasi yang sangat sentral. Jadi aset semua gedung ini dapat diperbarui dan menjadi sumber daya untuk membiayai ibu kota baru. Ini adalah peluang bagi Jakarta. 

Apa yang harus dilakukan pemimpin di Jakarta setelah ibu kota negara resmi pindah ke IKN?

Untuk mempertahankan kekuatan ekonomi Jakarta, kita perlu menciptakan sesuatu yang benar-benar baru. Untuk mengembangkan proyek rehabilitasi terbesar dan paling ambisius di dunia, kami telah melakukan beberapa penelitian. Jadi ketika melihat Jakarta, kami berpikir bagaimana bisa menyelamatkan Jakarta dari banjir. Kami menciptakan proyek yang disebut Jakarta sebagai Kota Laut Biru (City of Blue Ocean).

Apa masalah mendesak yang dihadapi Jakarta?

Masalah Jakarta adalah kita tidak dapat menciptakan dunia yang dapat melindungi dari kenaikan permukaan laut. Di Singapura, mereka mengembangkan pulau melalui reklamasi. Mereka biasa membeli pasir ke Bintan, tapi mereka tidak menjualnya lagi sekarang. Mereka mereklamasinya.

Di Singapura saat ini dilarang membangun kurang dari 4 meter dari permukaan laut. Namun mereka berhasil mereklamasi dan mengembangkan wilayah itu sehingga sekarang Singapura 30 persen lebih besar dibanding pada 1959. Bayangkan kita melakukan hal yang sama di sini. Kita mengganti reklamasi karena laut menyedot pasir. Masalahnya, suhu di sini 13 derajat. Jadi, saat hujan, banjir. Saat permukaan laut naik, banjir. Jadi, kita tidak bisa melakukan solusi yang diterapkan Singapura.

Yang kami usulkan adalah tiga komponen untuk menyelamatkan Jakarta. Pertama, di setiap sungai dibuat bendungan perlindungan sebagai reservoir. Saat hujan sangat lebat, ini adalah perlindungan awal. Jadi, ini adalah perlindungan terhadap banjir.

Zona perlindungan kedua adalah laguna super (super lagone). Sebagai tambahan, kami menghasilkan sesuatu yang kami sebut pulau mikro. Beberapa di antaranya sudah dibangun. Pulau mikro ini dibangun setinggi 8 meter untuk menghindari kenaikan permukaan laut. Di Singapura, tingginya 4 meter. Di sini, tingginya 8 meter. Namun karena garis pantainya sangat datar, ini layak secara ekonomi. Di Tokyo, misalnya. Semua Teluk Tokyo adalah pulau mikro, tapi tingginya 20 meter. Jadi Anda hampir tidak memerlukan biaya mahal. Namun di sini sektor swasta terlibat melalui konsesi. Anda sedikit demi sedikit melindungi garis pantai dari erosi. Jika permukaan laut naik, air masuk ke laguna super.

Anda akan melihat laguna super sebagai komponen perencanaan air. Dalam keadaan semua orang mengekstraksi air dari bawah tanah sehingga permukaan kota turun, kita dapat memperoleh air dalam tiga elemen ini untuk seluruh wilayah metropolitan. Jadi kita tidak perlu mengekstraksi air dari bawah tanah.

Bagaimana membuat Jakarta tetap menarik bagi investor setelah aktivitas politik sepenuhnya pindah ke IKN?

Jakarta sangat besar. Ekonominya sangat beragam sehingga peran aktivitas politik dan aktivitas administratif hanyalah sebagian dari itu. Anda memiliki kota kecil, katakanlah 200 ribu orang, yang merupakan ibu kota. Kemudian Anda menghilangkan ibu kota, kotanya tetap utuh. Namun wilayah metropolitan kedua di dunia tidak akan mati karena Anda mengekstraksi aktivitas (politik) ini.

Dalam kasus Jakarta, tidak ada masalah untuk kontinuitas ekonomi negara secara umum. Kota ini sangat besar, beragam. Jakarta memiliki konektivitas terbaik dengan bandara internasional. Saya melihat peluang untuk memperkenalkan kegiatan ekonomi baru dengan menggunakan gedung administrasi. Gedung administrasi lama, Anda dapat membayangkan bahwa Anda dapat mempromosikan pendidikan atau ilmu pengetahuan hayati ataupun mempromosikan, katakanlah, ekonomi digital.

Kita dapat menarik perusahaan semacam ini untuk membangun area ini. Jadi, kita dapat memulihkan area ini dengan mudah. Daripada membangun gedung baru, menara baru, kita dapat menggunakan zona yang sudah ada.  

Namun kita perlu menciptakan mimpi juga untuk Jakarta. Mimpi negara ini adalah ibu kota baru. Itu adalah Nusantara. Namun impian untuk Jakarta, mengapa tidak melakukan proyek yang paling masuk akal untuk masa depan daripada melawan alam tanpa hasil? Anda tidak dapat melawan alam. Anda perlu berdialog dengan alam.

Jadi ide kota samudra biru ini bisa menjadi transformasi organik yang sangat masuk akal, sedikit demi sedikit menghasilkan mimpi bahwa kota ini bisa sangat menarik dan tidak akan hilang, tak akan tertinggal dari yang lain. Sebaliknya, ini adalah peluang.

Apakah konsep City of Blue Ocean ini pernah diusulkan kepada pemerintah Jakarta?

Dengan cara yang sangat informal.

Bagaimana sebaiknya hubungan antara Jakarta dan IKN di masa mendatang?

Jika Jakarta berhasil membangun hubungan dengan ibu kota baru yang berhasil dan beroperasi, hubungan antara Jakarta dan ibu kota baru akan sangat kuat. Sebab, hubungan antara kehidupan politik dan kehidupan ekonomi sangat kuat di seluruh tingkatan. Bahkan, sebagian besar kedutaan yang akan berada di ibu kota baru memiliki banyak kegiatan ekonomi dan perlu berurusan dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Jakarta.

Jadi ketika Anda memiliki kota-kota, seperti Washington dan New York, koneksi penerbangan serta koneksi kereta api berkecepatan tinggi sangat kuat. Jadi di masa depan, koneksi ini akan sangat kuat di antara kedua elemen tersebut.

Namun, dalam kasus Jakarta, semua orang menekankan tantangan, seperti kesulitan Jakarta, yaitu kemacetan, polusi, dan masalah air. Namun tidak ada yang mengatakan ide-ide optimistis tentang Jakarta.

Anda perlu memiliki proyek untuk masa depan. Jadi Jakarta membutuhkan narasi baru, visi baru. Kami telah bekerja di lebih dari 50 kota di seluruh dunia. Anda dapat menemukan dua jenis kota yang berbeda.

Terlepas dari kota-kota besar dan kecil. Perbedaan nyata antara satu kota dan kota lainnya adalah beberapa kota memiliki visi, punya proyek untuk masa depan. Jadi, selain investasi riil di jalan raya, infrastruktur kota, kontribusi utama bagi Jakarta saat ini adalah menyediakan visi bersama tentang masa depan Jakarta. Visi yang kredibel dan menginspirasi sektor publik serta swasta untuk berinvestasi dan berkembang. Kita memerlukan visi terpadu baru untuk masa depan Jakarta. Ini kuncinya. Tanpa itu, akan ada pesimisme.

Indonesia adalah negara besar dan memiliki kapasitas untuk melakukan proyek rehabilitasi paling maju di kawasan metropolitan, serta pada saat yang sama, menciptakan (IKN) sebagai simbol masa depan untuk mengintegrasikan seluruh negeri. Dialog baru ini sangat penting. Namun untuk mengubahnya menjadi proyek nyata, Anda memerlukan partisipasi. Hal itu rumit karena Anda memiliki tingkat administrasi yang berbeda dan kita memerlukan sebuah kepemimpinan untuk benar-benar menggerakkannya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus