Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Ilmuwan: Kebiri Bisa Bikin Anjing Hidup Lebih Lama

Riset ilmuwan University of Georgia, Amerika Serikat, mengungkap cara agar anjing bisa hidup lebih lama.

4 Januari 2018 | 19.42 WIB

Seekor anjing menonton film untuk anjing di Cute Beast Pet Resort, Beijing, Cina, 22 Desember 2017. REUTERS/Jason Lee
material-symbols:fullscreenPerbesar
Seekor anjing menonton film untuk anjing di Cute Beast Pet Resort, Beijing, Cina, 22 Desember 2017. REUTERS/Jason Lee

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Atlanta - Riset ilmuwan University of Georgia, Amerika Serikat, mengungkap cara agar anjing bisa hidup lebih lama. Caranya mudah, yakni mengebirinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Alasannya, menurut riset yang terbit dalam jurnal Public Library of Science ONE, kebiri menurunkan risiko penyakit tertentu yang dapat mengakibatkan kematian. Dengan memeriksa sampel 40.139 catatan kematian dari Veterinary Medical Database pada 1984-2004, peneliti memperkirakan rata-rata usia kematian anjing yang tak dikebiri adalah 7,9 tahun, sedangkan anjing yang telah disterilkan berusia lebih panjang, yakni hingga 9,4 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sudah banyak riset tentang biaya reproduksi, dan apa yang terlihat pada berbagai spesies berbeda adalah jika Anda bereproduksi, Anda tak akan hidup lama," kata Kate Creevy, dosen bidang penyakit dalam di College of Veterinary Medicine, seperti dilansir laman Science Daily. "Pertanyaannya adalah mengapa Anda harus mati muda jika Anda mempunyai keturunan?"

Studi tentang efek reproduksi terhadap usia harapan hidup telah dilakukan terhadap tikus, cacing nematoda, dan lalat buah, tapi sulit diketahui apa penyebab kematian mereka. Untuk pertama kalinya peneliti dapat mengukur biaya reproduksi yang berkaitan dengan penyebab kematian. Mereka menemukan adanya perbedaan penyebab kematian anjing yang disterilisasi dan yang tidak.

Anjing yang telah menjalani gonadectomy atau kastrasi lebih banyak mati karena kanker atau penyakit autoimun. Anjing yang masih memiliki sistem reproduksi fungsional ketika mati cenderung mati karena penyakit infeksi dan trauma.

"Anjing yang tidak disterilisasi juga banyak yang mati karena kanker, tapi itu adalah penyebab kematian yang umum pada anjing yang dikastrasi," kata Jessica Hoffman, peneliti di Franklin College of Arts of Sciences yang terlibat dalam riset itu.

Temuan itu tak hanya berharga bagi peneliti yang mempelajari anjing, melainkan juga ilmuwan yang meneliti efek reproduksi pada manusia. "Tak ada spesies lain yang bisa kita pelajari penyebab kematiannya dari dekat seperti apa yang kita lakukan dengan anjing," kata Creevy.

Simak kisah menarik ilmuwan lainnya mengungkap misteri kehidupan hanya di kanal Tekno Tempo.co.

PUBLIC LIBRARY OF SCIENCE ONE | SCIENCE DAILY

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus