Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gempa merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Berdasarkan catatan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sepanjang tahun 2021, di Indonesia telah terjadi 26 gempa (destructive earthquake).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari gov.uk, Indonesia sering terjadi gempa karena terletak di sepanjang jalur seismik bergejolak yang disebut Cincin Api Pasifik. Hal itu menjadi alasan mengapa gempa bumi hingga letusan gunung berapi terjadi secara teratur, yang dapat menghadirkan potensi ancaman tsunami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari weforum.org, adanya aktivitas gunung berapi aktif juga diketahui karena tepat di Cincin Api Pasifik berada di tataran lempeng tektonik. Lempeng tektonik ini disebut juga sebagai mantel bumi yang karakteristiknya atas lapisan batuan yang sebagian padat dan sebagian cair.
Secara geografis, empat lempeng tektonik mengelilingi Indonesia, yakni lempeng Benua Asia, Benua Australia, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Pergerakan lempeng bumi lambat, namun mantel bumi selalu bergerak. Ketika bertabrakan atau terpisah antarlempeng, maka muncullah gelombang tektonik atau disebut gempa tektonik.
Apabila gempa tektonik terjadi di samudra, interaksi antarlempeng memicu timbulnya gelombang pasang. Dilansir dari bnpb.go.id, tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya.
Dikutip dari laman weforum.org, beberapa akibat dari adanya gempa tektonik yang terjadi di wilayah subinduksi adalah gempa bumi berkekuatan magnitudo 9,1 di lepas pantai barat Sumatera yang menyebabkan tsunami di Samudra Hindia pada 2004.
TIKA AYU