Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan Prancis, Philippe Charlier, menemukan bukti bahwa Adolf Hitler benar-benar meninggal pada 1945 melalui gigi yang ditemukan di sisa pembakaran jasad pemimpin diktator itu. Penelitian dilakukan di Moskow.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Gigi-gigi itu asli, tidak ada keraguan. Studi kami membuktikan bahwa Hitler meninggal pada 1945," ujar Charlier, sebagaimana dilansir laman Express.co.uk, 22 Mei 2018. "Kita bisa menghentikan semua teori konspirasi tentang Hitler."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ada beberapa perdebatan tentang kematian Hitler pada 30 April 1945. Namun, kebanyakan sejarawan setuju Hitler bunuh diri dengan istrinya Eva Braun di bunker serangan udara pribadinya, di Fuhrerbunker, Berlin, Jerman.
Jenazah Hitler ditemukan oleh tentara Soviet, yang kemudian membuang jasadnya dan dibakar di belakang bangunan Reich Chancellery. Beberapa teori konspirasi lain tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Ada pula teori yang lebih mengejutkan, yakni Hitler melarikan diri ke Argentina menggunakan kapal selam. Ia kemudian menjalani hari-harinya di Los Angeles dan mendirikan basis di Antartika.
Hitler tertidur, ditemani oleh Ava Braun, di Berchtesgaden. Bila sampel DNA itu benar, maka berarti ibu Eva Braun adalah keturunan Yahudi Ashkenazi. dailymail.co.uk
"Dia tidak melarikan diri ke Argentina dengan kapal selam, Hitler juga tidak bersembunyi di pangkalan rahasia di Antartika sana," kata Charlier.
Dalam pemeriksaan gigi, peneliti tidak menemukan jejak serat daging. Itu artinya Hitler adalah seorang yang dikenal vegetarian. Peneliti juga menemukan endapan berwarna kebiruan pada gigi palsu logam diktator, yang menunjukkan reaksi kimia dari menelan sianida beracun sesaat sebelum kematian.
Charlier juga diberi kesempatan melihat potongan tengkorak Hitler untuk menentukan keberadaan lubang yang kemungkinan besar disebabkan oleh peluru. Sayangnya, para ilmuwan tidak diberi izin untuk mengambil sampel untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Kami tidak tahu apakah dia menggunakan sianida untuk bunuh diri atau menembakkan peluru di kepalanya. Keduanya sangat mungkin terjadi," tambah Charlier
Studi tentang Adolf Hitler yang ditulis bersama oleh Charlier dan rekan-rekannya itu, diterbitkan pada Jumat, 18 Mei 2018 di majalah ilmiah European Journal of Internal Medicine. Penelitian ini menandai pertama kalinya sejak 1946 bahwa para peneliti diberi akses oleh Dinas Rahasia Rusia (FSB) dan arsip negara.
EXPRESS.CO.UK | EUROPEAN JOURNAL OF INTERNAL MEDICINE