Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Malang - Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, menciptakan prototipe alat pengering vakum keripik umbi porang berbasis sistem saraf tiruan dan sistem kontrol aplikasi smartphone. Mereka bertujuan meningkatkan produktivitas dan harga jual produk olahan umbi yang sedang tren di kalangan petani tersebut hingga 4-5 kali lipat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Umbi porang adalah jenis tanaman umbi-umbian yang sedang dikembangkan di Indonesia, terutama Jawa Timur. Permintaan pasarnya sedang tinggi, baik di dalam negeri maupun untuk ekspor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kandungan glukomanan pada umbi porang membuat tanaman ini banyak digunakan dalam industri pangan, nonpangan dan kesehatan. Porang biasa dijual dalam bentuk keripik yang memiliki kadar air di bawah 12 persen atau dijual dalam bentuk tepung glukomanan murni dengan cara menghilangkan kandungan kalsium oksalat.
Satu di antara tiga mahasiswa itu adalah Imam Prasetyo . Dia mengatakan, produktivitas umbi porang kering di kalangan petani atau industri lokal masih rendah, yakni sekitar 2-4 ton per hektare. Dia membandingkannya dengan kebutuhan industri dalam negeri yang hingga saat ini masih impor tepung glukomanan sekitar 20 ton per tahun.
"Kebutuhan keripik porang di Indonesia mencapai 3.400 ton, tetapi produktivitas hanya 600-1.000 ton," kata mahasiswa asal Fakultas Teknologi Pertanian itu, Sabtu 19 September 2020.
Dia menyebut faktor teknologi pengeringan konvensional yang membutuhkan waktu pengeringan cukup lama dan sangat bergantung pada cuaca. Itu menyebabkan produktivitas keripik porang berlangsung lambat. Selain, penggunaan oven menyebabkan kerusakan bahan akibat panas yang tinggi serta perubahan warna dan viskositas signifikan.
Itu sebabnya Imam bersama dua rekannya, Clara Dwi Anggraini (FTP) dan Dary Hardiansyah Haryono (Filkom) mengagas konsep inovasi alat pengering berbasis telepon pintar. Alat dirancang mampu menjaga kualitas keripik porang, mencegahnya rusak, sehingga dapat meningkatkan kadar glukomanan yang dihasilkan agar dapat dijual dengan harga tinggi.
Vakum, alat pengering keripik dari umbi porang berbasis smartphone karya tiga mahasiswa Universitas Brawijaya. (ANTARA/HO/UNIVERSITAS BRAWIJAYA/End)
Kuncinya adalah penggunaan sistem kontrol dan sistem pengolahan data jaringan saraf tiruan sehingga dapat memprediksi kadar air dari umbi porang dengan akurat dan presisi. Sedang sistem kontrol secara real time menggunakan aplikasi smartphone bermanfaat untuk efisiensi daya listrik.
"Yaitu dengan menonaktifkan alat pengering apabila kadar air yang diperoleh telah sesuai, yakni antara lima sampai delapan persen," kata Imam menerangkan harapannya, produktivitas dan harga jual keripik porang bisa naik sampai 5 kali lipat.