Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Akhir-akhir ini, informasi seputar ivermectin sebagai obat Covid-19 cukup ramai diperbincangkan. Beragam kontroversi pun mulai bermunculan terkait efektivitas obat ini untuk mengobati Covid-19. Sebenarnya, Ivermectin merupakan obat anthelmintik yang berfungsi untuk mengobati infeksi akibat cacing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ivermectin ini bekerja dengan cara mencegah cacing dewasa bereproduksi dan membunuh larva cacing di dalam tubuh. Ivermectin digunakan untuk mengobati penyakit strongiloidiasis akibat infeksi cacing gelang jenis Strongyloides, dan onchocerchiasis akibat infeksi cacing gelang jenis Onchocerca volvulus. Ivermectin juga diketahui efektif untuk mengobati infeksi cacing lain, seperti filariasis akibat infeksi parasit Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ivermectin merupakan obat yang sangat efektif untuk mengobati infeksi cacing sehingga hanya membutuhkan dosis kecil. Untuk penderita Onchocerciasis, dosis yang diperlukan yaitu 0,15 mg/kgBB per hari, sebagai dosis tunggal. Untuk penderita Strongiloidiasis, dosis yang diperlukan yaitu 0,2 mg/kgBB per hari, selama 1-2 hari.
Untuk penderita Rosacea, ivermectin digunakan sebagai krim 1%, dioleskan sehari sekali selama maksimal 4 bulan. Sedangkan untuk penderita kutu rambut, ivermectin digunakan sebagai losion 0,5 %, dioleskan kepada bagian yang mengalami infeksi, kemudian didiamkan selama 10 menit. Dosis-dosis ini hanya digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak di atas 15 kg.
Ivermectin juga bisa menimbulkan beberapa efek samping, di antaranya yaitu mual, muntah, diare, pusing, ruam, demam, nyeri otot dan biduran. Selain infeksi cacing, ivermectin juga dipercaya dapat mencegah dan menangani COVID-19. Namun, hal ini belum terbukti efektifitasnya dan butuh penelitian lebih lanjut.
WINDA OKTAVIA