Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAGOAN dari Asia, Arab Saudi, mestinya bukan lawan yang berat bagi Spanyol, juara Eropa 2008, yang bertabur pemain bintang. Tapi, sepekan lalu di Innsbruck, Austria, dalam pertandingan pemanasan menjelang Piala Dunia di Afrika Selatan, para ”matador” itu kepayahan. Iker Casillas, yang untuk ke-103 kalinya membela tim berjulukan La Furia Roja itu, mesti kebobolan dua kali meski mereka akhirnya menang 3-2. Rampung pertandingan, Casillas menunjuk bola yang dipakai dalam pertandingan sebagai kambing hitam. Bola itu, kata sang penguasa gawang Real Madrid, ”Hampir mirip bola untuk sepak bola pantai.”
Casillas bukan satu-satunya kiper yang mengeluhkan Jabulani, nama bola buatan Adidas yang akan dipakai dalam Piala Dunia tahun ini. Kiper Julio Cesar dari Brasil berkomentar mirip. Penyerang Luis Fabiano dari Brasil atau Giampaolo Pazzini dari Italia juga mengeluh soal Jabulani. ”Anda melompat untuk menyundul, tiba-tiba bola bergerak sendiri, dan Anda gagal menyundulnya,” kata Pazzini.
Memang ada pemain yang memuji Jabulani—artinya ”merayakan” dalam bahasa daerah Afrika Selatan, isiZulu. Kaka dari Brasil, Petr Cech dari Republik Cek, atau Michael Ballack dari Jerman mengaku menyukai Jabulani. ”Luar biasa. Jalannya bola sesuai dengan yang kami harapkan,” kata Ballack. Tapi, patut diingat, para pemain ini adalah bintang iklan Adidas, pembuat Jabulani.
Adidas menyatakan Jabulani memiliki teknologi bola tercanggih. Penampang lapisan luar, misalnya, secara revolusioner hanya berjumlah delapan buah. Panel itu sudah dalam keadaan cembung—mengikuti bentuk permukaan bola—saat dipasang. Karena itu, Jabulani lebih bundar dibanding teknologi sebelumnya, Teamgeist, dengan 12 panel, yang dipakai di Piala Dunia 2006. Padahal Teamgeist sudah menjadi terobosan karena, sejak Piala Dunia 1970, bola paling lazim terdiri atas 32 penampang. Saat diluncurkan empat tahun silam, Teamgeist sudah disebut-sebut sebagai bola paling bundar.
Adidas juga menyempurnakan tekstur permukaan penampang. Adidas menyebut teknologi tekstur permukaan bola itu sebagai ”Grip’n’Groove”. Bintil-bintil tekstur itu dibuat rata sehingga dari sudut mana pun ditendang dan dalam cuaca apa pun, reaksi bola selalu sama.
Reaksi itu tampak saat Jabulani diuji Universitas Loughborough di Inggris dan laboratorium Adidas di Jerman. Bola dijatuhkan dari ketinggian dua meter ke permukaan besi, dan tinggi pantulan dihitung. Sesuai dengan standar Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA), beda tinggi pantulan tertinggi dan terendahnya dalam 10 kali percobaan tidak boleh lebih dari 10 sentimeter. Bola ini pun terbukti sangat stabil dengan tinggi pantulan bervariasi 143-149 sentimeter atau perbedaannya hanya empat persen.
Stabilitas reaksi Jabulani ini pasti tidak dibayangkan para pemain sepak bola pendahulu Casillas satu setengah abad silam. Pada paruh pertama abad ke-19, urusannya bukan cuma tidak stabil disepak, tapi juga tidak stabil bentuknya. Pada zaman itu, penampang luar bola memang terbuat dari kulit, tapi ”balon” sebagai isi bola dibuat dari kandung kemih babi yang ditiup. Akibatnya, ukuran bola bergantung pada gendut-kurusnya babi.
Isi perut bola baru mulai diganti dengan balon karet setelah Charles Goodyear menemukan cara menstabilkan bentuk karet pada 1936 dengan vulkanisasi. Meski demikian, dibutuhkan 19 tahun sejak penemuan vulkanisasi sebelum Goodyear menjadi orang pertama yang membuat bola dengan isi dari karet, bukan kandung kemih babi. Warisan teknologi bola kandung kemih babi yang tersisa sampai saat ini adalah istilah teknis bahasa Inggris untuk menyebut isi perut bola sebagai bladder, yang berarti kandung kemih.
Pabrik bola terkenal pada abad ke-19, yaitu Mitre dan Thomlinson di Inggris, mulai mengutak-atik agar bola semakin bundar. Semula, penampang luar adalah kulit dijahit dari ujung ke ujung, kemudian diganti dengan pola anyaman.
Teknologi terus berkembang. Pada Piala Dunia 1950 di Brasil, bola tidak lagi memiliki tali pengikat. Sebelumnya, tali pengikat penampang luar dibuka jika orang hendak meniup bola. Sebagai gantinya, digunakan katup khusus untuk memompanya langsung dari permukaan penampang kulit. Dua dekade kemudian, saat Adidas membuat bola untuk Piala Dunia di Meksiko pada 1970, penampang tidak lagi berbentuk anyaman, tapi segi lima dan segi enam dengan jumlah total 32. Jumlah panel terus berkurang hingga teknologi Teamgeist dan terakhir Jabulani.
Keluhan pemain menghadapi teknologi baru bola, seperti diungkap Casillas, bukan hal baru. Teamgeist juga dikritik sebelum dipakai di Piala Dunia 2006. Tak aneh, Adidas tidak panik dengan kritik terhadap Jabulani. Juru bicara Adidas, Thomas van Schaik, mengatakan, ”Selalu ada kritik soal bola sebelum Piala Dunia, tapi tidak ada kritik sesudahnya, setelah Anda melihat banyak gol dan penyelamatan hebat.”
Nur Khoiri (Globe and Mail, BBC,Popular Science)
BALON AERO GROOVE LAPISAN DALAM PENAMPANG CEMBUNG BENTUK TRIPOD
PENAMPANG CEMBUNG BENTUK SEGITIGA
JABULANI
LINGKAR LUAR TINGKAT KEBUNDARAN DAYA SERAP AIR BERAT STABILITAS PANTUL KETAHANAN ANGIN PENAMPANG CEMBUNG BENTUK TRIPOD & PENAMPANG CEMBUNG BENTUK SEGITIGA UJI COBA PABRIK: ”Bagi saya, yang terpenting adalah kontak dengan bola, dan dengan bola ini sangat hebat.”
— KAKA ”Luar biasa. Jalannya bola sesuai dengan yang kami harapkan.”
— MICHAEL BALLACK ”Saya dapat merasakan energi besar itu. Seperti hujaman peluru.”
— PETR CECH ”Menyedihkan, kompetisi sepenting Piala Dunia menggunakan bola berkarakter seburuk itu.”
—IKER CASILLAS ”Bola bergerak terlalu banyak dan susah dikendalikan. Anda melompat untuk menyundul, tiba-tiba bola bergerak sendiri.”
—GIAMPAOLO PAZZINI ”Ini seperti bola yang Anda beli di supermarket.”
—JULIO CESAR ”Saya pikir, setelah beberapa hari bermain dengan bola ini, saya yakin kami akan lebih nyaman.”
—XABI ALONSO 2010 Afrika Selatan Jabulani
Bola terbuat dari delapan panel cekung sehingga lebih bulat dibanding Teamgeist.
1934
1950
1970
1986
2002
2006
Dibuat dari lateks
Bintil-bintil ini dirancang mengikuti gaya aerodinamika sehingga, saat bergerak di udara, bola sangat stabil dan akurat. Stabilitas aerodinamika diuji di terowongan udara di Universitas Loughborough, Inggris.
Polyester/katun
Standar FIFA: 68,5-69,5 cm
Jabulani: 68,8-69,2 cm
Diameter diukur dari 16 garis berbeda
Standar FIFA: maksimal 1,5 persen perbedaan
Jabulani: maksimal 1 persen perbedaan
Bola ditekan dan diputar 25 kali dalam air
Standar FIFA :berat maksimal naik 10 persen
Jabulani: naik 0 persen
Standar FIFA: 420-445 gram
Jabulani: 439,8-440,2 gram
Bola dipantulkan 10 kali dalam lempeng besi dari jarak 2 meter
Standar FIFA: maksimal perbedaan tinggi pantulan 10 sentimeter.
Jabulani: tinggi pantulan 143-149 sentimeter atau perbedaan hanya empat persen.
Berkurangnya tekanan udara dalam bola tiga hari setelah dipompa
Standar FIFA: maksimal 20 persen
Jabulani: 10 persen
Dibuat dari Thermoplastic polyurethane-elastomer setebal 0,3 milimeter dan Ethylene vinyl acetate 3.5 milimeter. Kedua bahan itu dicetak bersamaan untuk menutupi karet lateks di bagian dalam.
Sejak 2008, Jabulani diuji coba di AC Milan (Italia), FC Bayern München (Jerman), Orlando Pirates (Afrika Selatan), dan Ajax Cape Town (Afrika Selatan).
India, Cina, Taiwan
Brasil/Real Madrid
Jerman/Chelsea
Republik Cek/Chelsea
Spanyol/Real Madrid
Italia/Sampdoria
Brasil/Inter Milan
Spanyol/Real Madrid
ITALIA
Federale
Piala Dunia II digelar di Italia dengan bola seperti yang dipakai berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Penampang luar dari kulit yang dijahit dengan ”balon” karet di dalamnya. Untuk memompa balon karet, tali pengikat belahan penampang dibuka terlebih dahulu.
BRASIL
Super Duplo T
Penampang kulit luar tidak lagi menggunakan tali ikatan karena, untuk memompa balon di dalam, digunakan katup khusus yang langsung muncul ke permukaan bola.
MEKSIKO
Telstar
Menggunakan 32 panel, diwarnai hitam dan putih, sehingga gampang tampak di televisi hitam putih. Sebelumnya bola berwarna cokelat.
MEKSIKO
Azteca
Pertama kali menggunakan lapisan plastik, bukann kulit, sebagai penampang kulit luar.
JEPANG/KOREA
Fevernova
Bagian dalam menggunakan gabus sintetis dan bulir-bulir balon mikro. Hal ini membuat bola lebih cepat, akurat, dan memantul lebih stabil.
JERMAN
Teamgeist
Panel hanya 14, sehingga bola lebih bulat dibanding tipe 32 panel seperti yang sebelumnya digunakan. Panel-panel ini juga tidak dijahit, tapi dilem, sehingga lebih stabil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo