Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir besar terkini di Jabodetabek menunjukkan Jakarta memiliki respons terbaik dalam mitigasi dan penanggulangan di antara wilayah sekitarnya. Kuncinya adalah Sistem Pengendali Banjir atau Flood Control System untuk mengatasi masalah banjir yang kerap melanda ibu kota. Inovasi berupa aplikasi ini pernah diganjar penghargaan sebagai juara pertama dalam WSIS Prizes 2022 di Jenewa, Swiss.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lewat aplikasi ini, Jakarta telah memanfaatkan teknologi sensor dan internet of things (IoT) untuk meningkatkan efektivitas pemantauan dan penanganan banjir secara real-time. Penggunaan teknologi diharapkan mampu meminimalisir risiko banjir dengan deteksi dini karena adanya pengolahan data secara otomatis.
Mengenal Teknologi Sensor Flood Control System untuk Mengatasi Banjir Jakarta
Jakarta, sebagai sebuah kota muara, telah sejak lama menghadapi permasalahan banjir tahunan. Apa yang terjadi di awal 2025 ini disebut-sebut sebagai siklus banjir besar yang lima tahunan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banjir di Cililitan, Jakarta Timur, 4 Maret 2025. Tempo/Ilham Balindra
Sistem pemantauan banjir konvensional sebelumnya mengandalkan pengamatan manual yang terbatas oleh kapasitas manusia. Proses pemantauan tidak berlangsung secara optimal dan memerlukan waktu koordinasi yang lebih panjang.
Flood Control System dilengkapi dengan IoT dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang mampu melakukan pemantauan secara otomatis dan real-time. Sistem ini menjadi terobosan penting dalam mempercepat proses deteksi dan penanganan banjir.
Teknologi ini merupakan hasil kerja sama antara Jakarta Smart City (JSC) dan Dinas Sumber Daya Air (DSDA) Provinsi Jakarta. Sistem ini mengumpulkan data historis berupa level air, getaran pompa, suhu, dan CCTV dari 178 rumah pompa dan pintu air di Jakarta.
Data tersebut dianalisis untuk menghasilkan informasi visual mengenai kondisi, potensi, dan prediksi banjir. Hasil analisis ini menjadi dasar pembuatan kebijakan yang lebih efektif dan efisien.
Komponen Sensor Flood Control System
Sistem Kendali Banjir Jakarta ini terdiri dari berbagai komponen sensor yang dikembangkan oleh Tim Infrastruktur Jakarta Smart City. Komponen tersebut meliputi sensor ketinggian air, sensor suhu, sensor getaran, hingga kamera CCTV.
Setiap sensor berperan dalam mengumpulkan data yang akan diolah untuk memberikan informasi prediktif tentang potensi banjir. Anda dapat mengetahui informasi lebih lanjut tentang teknologi ini melalui laman resmi Jakarta Smart City.
1. Vibration and Temperature Sensor
Sensor ini digunakan untuk mendeteksi getaran dan suhu yang dihasilkan oleh mesin pompa saat beroperasi. Keberadaan sensor ini membantu petugas dalam memantau apakah mesin pompa aktif atau tidak.
Selain itu, sensor ini juga dapat mendeteksi suhu mesin pompa untuk mengetahui apakah suhu mesin berada dalam batas normal atau mengalami overheat.
2. Water Level Sensor
Water Level Sensor berfungsi untuk memantau ketinggian permukaan air secara berkala. Sensor ini mampu mencatat perubahan ketinggian air akibat peningkatan debit air yang disebabkan oleh curah hujan atau kiriman air dari arah hulu.
3. Water Flow Sensor
Sensor ini ditempatkan di aliran sungai dengan arus stabil. Perangkat ini dilengkapi dua corong untuk memasukkan dan mengeluarkan air. Setiap air yang melewati corong masuk akan diukur kecepatannya, sehingga sensor mampu memberikan data mengenai kecepatan arus air yang mengalir di sungai atau saluran pembuangan.
4. Rainfall Sensor
Sensor ini berfungsi untuk mengukur curah hujan menggunakan tipping bucket dengan kapasitas pengukuran satu mililiter Alat ini membantu dalam mencatat intensitas hujan yang terjadi di suatu wilayah, sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis potensi banjir.
Petugas memeriksa alat ukur curah hujan di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, Kamis, 11 November 2021. Pintu Air Manggarai memiliki 3 pintu yang berfungsi untuk mengurangi tinggi muka air saat musim hujan dan dialirkan ke Kanal Banjir Barat (KBB). Pintu Air Manggarai dilengkapi dengan alat ukur curah hujan digital dan sensor tinggi muka air untuk memudahkan petugas saat memantau pintu air Manggarai saat musim penghujan tiba. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
5. CCTV
CCTV digunakan untuk menganalisis peil scale atau skala ukur ketinggian air yang terpasang di dinding kolam penampungan air. Kamera ini dilengkapi dengan teknologi AI yang mampu mengukur level siaga berdasarkan ketinggian air yang terdeteksi pada peil scale.
6. Boks Panel
Boks panel berisi dua instrumen penting untuk pemrosesan data analog yang diperoleh melalui sensor. Instrumen pertama adalah I/O logic yang memproses data dari sensor berupa perhitungan dan status operasional.
Hasil pencatatan dari boks panel ini berupa data mentah yang kemudian diunggah melalui data logger yang terhubung dengan internet untuk ditampilkan di dasbor Flood Control System.
7. Solar Genset dan Solar Panel
Solar Genset berfungsi sebagai penyimpan tenaga listrik yang diperoleh dari solar panel. Perangkat ini digunakan sebagai sumber daya cadangan agar sistem pengendalian banjir berbasis IoT tetap berfungsi meskipun terjadi pemadaman listrik.
8. Box ATS (Automatic Transfer Switch)
ATS digunakan untuk memindahkan sumber daya listrik yang digunakan oleh rumah pompa. Perangkat ini secara otomatis mengganti sumber daya listrik dari PLN ke tenaga listrik yang dihasilkan oleh solar panel saat terjadi gangguan listrik.
Demikianlah informasi tentang teknologi Sensor Flood Control System untuk mengatasi banjir Jakarta yang diprakarsai oleh Jakarta Smart City (JSC) dan Dinas Sumber Daya Air (DSDA) Provinsi DKI Jakarta.