Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah kapak perunggu yang diperkirakan berasal dari 2100 tahun lalu, ditemukan di kawasan dekat Danau Sentani, Jayapura. Arkeolog menduga kawasan ini dulunya merupakan hunian di masa prasejarah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kapak perunggu ini berjenis kapak corong. Kapak perunggu didapatkan oleh warga Dondai, yang sedang berkebun menanam siapu atau sejenis umbi menjalar," kata peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, kepada Tempo, Minggu,13 Oktober 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Balai Arkeologi Papua sedang melakukan penelitian di Situs Bobu Uriyeng di dekat Danau Sentani, Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua. Seorang petani bernama Obed Wally kemudian menyerahkan kapak perunggu tersebut.
Kapak perunggu berukuran panjang 13,5 cm lebar 9,5 cm dan tebal 1,5 cm. Setelah dilakukan pengamatan sekilas, diketahui kapak tersebut merupakan artefak dari zaman prasejarah. "Kapak perunggu yang ditemukan di Situs Bobu Uriyeng merupakan komoditas perdagangan jarak jauh pada masa prasejarah", kata Hari Suroto.
Menurut Hari Suroto, kapak perunggu Danau Sentani mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kapak produksi Dongson, tempat yang saat ini merupakan wilayah bagian utara Vietnam, sekitar 2400 hingga 2100 tahun lalu.
Kapak perunggu yang ditemukan di Danau Sentani dibuat dengan teknik a cire perdue atau cetak lilin. Teknik ini yaitu benda yang dikehendaki dibuat terlebih dahulu dari lilin, lengkap dengan segala bagian-bagiannya.
Kemudian model dari lilin itu ditutup dengan tanah. Dengan cara dipanaskan maka selubung tanah ini menjadi keras, sedangkan lilinnya menjadi cair dan mengalir ke luar dari lubang yang telah disediakan di dalam selubung itu.
Jika telah habis lilinnya, dituanglah logam cair ke dalam rongga tempat lilin tadi. Dengan demikian logam itu menggantikan model lilin tadi. Setelah dingin semuanya, selubung tanah dipecah, dan keluarlah benda yang dikehendaki itu.
Menurut Hari Suroto, situs di pinggiran Danau Sentani mulai dihuni pada sekitar 2590 tahun lalu di zaman Neolitikum. Hal ini terbukti dengan ditemukannya artefak berupa gerabah dan obsidian, yang merupakan barang dagangan dengan orang Lapita dari Pulau Manus, Britania Baru.
Setelah itu, manusia prasejarah di kawasan Danau Sentani melakukan kontak dagang dengan daratan Asia Tenggara pada 2100 tahun yang lalu melalui bukti ditemukannya kapak perunggu dari Dongson.