Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERABOT dari kayu acap kali lapuk atau digerus rayap seiring usia. Tim Material Research Club 1 dari Institut Teknologi Bandung menawarkan alternatif bahan peralatan rumah tangga itu. Mereka membuat ”kayu tiruan” dari serat daun nanas dan ijuk.
Asyraful Hady Rasfa, ketua tim, mengatakan kayu tiruan dibuat dari komposit serat daun nanas dan ijuk yang direkatkan dengan resin. Resin yang berwarna kuning kecokelatan ini membuat komposit tahan lembap. Walhasil, kayu tiruan lebih tahan dari serangan rayap, plus tak cepat lapuk.
Kayu tiruan cukup tangguh. Dalam uji tekan dengan bobot beban setengah ton, kayu serat daun nanas ternyata 1,2 kali lebih kukuh daripada albasia. Adapun kayu berbahan serat ijuk sanggup menahan beban 1,8 kali dari kayu albasia. Para mahasiswa Jurusan Material Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara itu belum membandingkannya dengan jenis kayu unggulan seperti jati atau mahoni.
Untuk membuat komposit, awalnya dilakukan proses ”alkalisasi”. Daun nanas atau ijuk dipotong 3-4 sentimeter, direndam di dalam senyawa natrium hidroksida, lalu dijemur. Serat disusun pada cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Agar kuat tak mudah pecah, komposit harus disusun padat dan merata.
Resin dimasukkan ke cetakan, lalu ditempa dengan tekanan kuat sampai serat dan resin menyatu sempurna. Komposisi kayu ideal kira-kira 60 persen resin dan 40 persen serat. Setelah itu, taburan serat disiram thermoset polymer yang telah dicampur katalis sebagai penguat resin, kemudian didiamkan hingga dua hari pada suhu 25-27 derajat Celsius.
Produk yang digarap sejak pertengahan tahun lalu itu, menurut anggota tim, Fauzan Akbary, sangat ekonomis. Harga sekarung serat daun nanas seberat lima kilogram Rp 100 ribu, sedangkan ijuk Rp 10 ribu per kilogram. Walhasil, kayu serat lebih murah Rp 5-10 ribu daripada kayu asli pada volume yang sama. ”Tapi komposit lebih berat 100 gram,” kata Fauzan. Pada ITB Fair 2010, tiga pekan lalu, kayu buatan ini menarik banyak pengunjung. Sayangnya, komposit ini belum diproduksi secara massal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo