Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kisah Zarema Muzhikhoeva

5 April 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak banyak pengalaman anggota ”Janda Hitam” yang diketahui publik. Terutama pengalaman bagaimana mereka direkrut, dilatih, sampai turun melakukan serangan bom bunuh diri. Kisah-kisah itu biasanya turut hilang seiring dengan bom yang meledak bersamanya.

Namun ada satu yang tersisa: Zarema Muzhikhoeva. Perempuan itu gagal meledakkan diri di sebuah kafe di Moskow pada Februari 2004. Dia diringkus petugas keamanan, setelah bom tak kunjung meledak meski detonator sudah ditekan 20 kali. Pada akhirnya bom meledak saat dijinakkan, menewaskan Mayor Polisi Gennady Trofimov.

Seturut pengakuannya kepada polisi—media dilarang mewawancarai langsung—Muzhikhoeva berniat balas dendam setelah suaminya tewas akibat serbuan kedua Rusia ke Chechnya, pada 2000.

Kesediaannya bergabung dengan ”Janda Hitam” bukan karena dorongan agama. Muzhikhoeva tidak berasal dari kelompok Islam garis keras. Selain keinginan balas dendam, kemiskinan dan keputusasaan yang membutakan matanya sehingga bersedia bergabung.

Muzhikhoeva dibesarkan di Kota Achkoi-Martan, yang hancur dalam serangan pertama Rusia ke Chechnya pada 1994. Dia keluar dari sekolah di usia 15 tahun karena hamil. Sebelum melahirkan, suaminya tewas. Janda Muzhikhoeva kemudian dimiliki keluarga mendiang suami. Di lingkungan itu dia seakan menjadi pembantu, dan menyambung hidup dari berutang serta mencuri.

Saat utangnya membengkak, kelompok yang meminjaminya uang memberikan penawaran. Utangnya akan dianggap lunas, bahkan keluarganya mendapat uang. Tapi bayarannya sangat mahal: dia harus bersedia menjadi pelaku peledakan bom bunuh diri.

Muzhikhoeva tak punya pilihan. Dia tinggal beberapa waktu bersama kelompok militan Chechnya, mendapat pelatihan serta indoktrinasi, dan menunggu waktu beraksi. Waktunya tiba, dia dikirim ke Moskow, ke sebuah kafe untuk beraksi. Namun misinya gagal. Cerita Muzhikhoeva sebagai ”Janda Hitam” berakhir dengan vonis 20 tahun penjara.

HM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus