Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Kepala BRIN Sebut Alasan BRIN Masih Dibutuhkan, Klaim Tidak Tumpang Tindih dengan Kementerian

Menurut Laksana Tri Handoko, tidak ada tumpang tindih antara peran BRIN dan kementerian baru tersebut.

13 November 2024 | 10.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menjelaskan alasan pentingnya keberadaan BRIN meskipun telah dibentuk Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Menurut dia, tidak ada tumpang tindih antara peran BRIN dan kementerian baru tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya sangat hormat dengan Pak Mendiktisaintek. Kami sudah kenal personal lama sekali sejak belasan tahun yang lalu. Mungkin terkait dengan BRIN, beliau mungkin memiliki pemikiran yang berbeda, tapi sebagai Kepala Lembaga, kita harus berdiri di atas mandat negara, bukan opini personal,” kata Handoko dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR RI di Gedung Nusantara 1 DPR, Jakarta, Selasa, 12 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Handoko menekankan bahwa BRIN memiliki teknis yang kuat untuk memfasilitasi penelitian dan pengembangan industri secara cepat dan masif. Dia kemudian menyinggung best practices di banyak negara yang menunjukkan bahwa riset besar membutuhkan badan khusus.

“Di luar negeri itu memang selalu ada kementerian yang urus kampus dan ada badan riset. Badan riset itu satu lembaga yang memang dia fokus melakukan riset yang biasanya berskala besar dan membutuhkan periset full time, tidak bisa sampingan,” tuturnya. “Nah, riset di kampus itu tidak akan berkembang kalau tidak ada jangkar anchor dari enabler ini.”

Dia mencontohkan riset genomik dan produksi vaksin yang tidak dapat dilakukan hanya di tingkat kampus. Menurut dia, mengembangkan vaksin butuh tahapan yang panjang dan regulasi ketat, termasuk uji praklinis dan fasilitas khusus seperti laboratorium BSL-3.

Dia juga mencontohkan pengembangan varitas padi berbasis genetik, yang juga tidak mungkin dilakukan di kampus. “Karena pengumpulan data sumbernya genetik nasional itu sangat mahal. Kalau kita sudah mengumpulkan itu, baru kampus bisa melakukan risetnya, mengambil data yang ada di kami,” ucapnya.

Handoko menegaskan bahwa keamanan nasional, baik dari sisi pangan, kesehatan, maupun yang lainnya memerlukan peran lembaga seperti BRIN. “Jadi ini yang kenapa tetap perlu ada lembaga seperti BRIN. Tidak mungkin kampus melakukan itu,” ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus