Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Komet Raksasa Berukuran 137 Kilometer Melewati Tata Surya

Dinamakan Komet Bernardinelli-Bernstein, itu mungkin komet terbesar yang pernah terdeteksi.

13 Februari 2022 | 11.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sebuah komet C/2020 atau "Neowise" yang terlihat di langit di kawasan Mies, Swiss, 19 Juli 2020. REUTERS/Denis Balibouse

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada tahun 2021, para astronom mengidentifikasi komet raksasa meluncur melalui lingkungan kosmik kita. Untungnya, komet itu tidak akan lewat dalam satu miliar mil dari Bumi. Dinamakan Komet Bernardinelli-Bernstein, itu mungkin komet terbesar yang pernah terdeteksi, kemungkinan sekitar 10 kali lebih besar dari objek selebar 6 mil (sekitar 10 kilometer) yang menghantam Bumi dan memicu kepunahan dinosaurus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kini, penelitian baru mengukur ukuran komet itu dengan lebih akurat. Komet itu bahkan lebih besar dari yang diperkirakan beberapa astronom. Dalam studi baru, yang akan diterbitkan dalam jurnal sains Astronomy & Astrophysics, para ilmuwan memperkirakan lebarnya sekitar 85 mil (sekitar 137 kilometer). Jika berdiri di sebelah Gunung Everest, komet itu akan menjadi sekitar 15 kali lebih tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini sangat besar," kagum Samantha Lawler, seorang astronom di Universitas Regina yang meneliti benda-benda jauh di tata surya kita, sebagaimana dikutip Mashable, 12 Februari 2022. "Ini adalah komet terbesar yang pernah ditemukan," tambah Lawler yang tidak memiliki peran dalam penelitian baru itu.

Bagaimanapun, Komet Bernardinelli-Bernstein, kata Lawler, baru saja ditemukan. Komet itu secara tidak sadar ditemukan selama survei galaksi di kosmos yang dalam pada tahun 2014. Kemudian, butuh bertahun-tahun dan bantuan komputasi intensif bagi para ilmuwan untuk menyaring banyak pengamatan dan akhirnya mengidentifikasi raksasa yang jauh ini (per Juni 2021, posisinya 1,8 miliar mil dari matahari). "Hal-hal besar ini ada di luar sana," katanya.

Seperti banyak komet lainnya, Bernardinelli-Bernstein berasal dari awan Oort, sebuah bola benda es kuno yang mengelilingi tata surya. Di luar sana, gangguan, seperti objek besar lainnya yang lewat, dapat mengirim bola es besar meluncur ke tata surya kita. Komet Hale-Bopp, pengunjung awan Oort lainnya, memukau para pengamat langit pada tahun 1996 dan 1997.

Yang terpenting, Hale-Bopp lewat 122 juta mil dari Bumi, yang relatif dekat dalam hal kosmik. Bernardinelli-Bernstein, lebih dari dua kali ukuran Hale-Bopp, tidak akan lebih dekat dari orbit Saturnus, sekitar satu miliar mil jauhnya, pada tahun 2031.

Bagaimana para astronom bisa mengukur ukuran objek yang begitu jauh? Hanya dengan melihat kecerahannya (berarti seberapa banyak sinar matahari yang dipantulkan) tidak akan memastikannya, jelas Emmanuel Lellouch, seorang astronom di Observatoire de Paris dan salah satu penulis studi tersebut. Dari Bumi, sebuah objek besar dan gelap bisa memiliki kecerahan yang sama dengan komet kecil tapi berkilau.

Jadi para astronom mengukur "fluks termal" komet, yang berarti seberapa banyak panas yang dipancarkan benda itu. Mereka melakukan ini dengan melihat jenis cahaya yang disebut "inframerah." Itu tidak terlihat oleh mata manusia, tetapi kita merasakan cahaya ini ketika matahari menyinari kulit kita. Objek yang lebih besar akan menyerap lebih banyak sinar matahari dan kemudian memancarkan energi ini keluar. Informasi ini, dikombinasikan dengan jarak objek, memberi Lellouch dan timnya perkiraan kualitas ukuran komet. “Ini adalah salah satu cara kita bisa mengetahui seberapa besar sesuatu di luar tata surya tanpa mengirim penyelidik ke sana," kata Lawler.

Di tahun-tahun mendatang, raksasa Bernardinelli-Bernstein akan mengungkapkan karunia tentang tata surya kita. Para ilmuwan tidak berpikir komet pernah melakukan perjalanan dekat matahari, yang berarti panas matahari belum menguap permukaannya dan membentuk ekor ikon debu dan gas (disebut koma). Sebaliknya, komet sudah ada selama ribuan tahun di pinggiran tata surya kita. Ini adalah artefak beku yang berharga secara ilmiah dari awal rumah kosmik kita. Ini sekilas tentang apa yang terjadi di sini, sekitar 4 miliar tahun yang lalu, saat Bumi mulai terbentuk. "Itu dalam penyimpanan beku selama miliaran tahun," kata Lawler.

Saat komet mendekati Matahari selama dekade mendatang, Lellouch mencatat bahwa para astronom akan mengamati debu dan gas di bongkahan es dan batu raksasa kuno yang terawetkan ini. "Komet itu belum pernah sedekat ini dengan Matahari," kata Lawler.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus