Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Efek Pengerukan Pasir Laut, Ujian Nasional, dan Fenomena Komet dalam Top 3 Tekno

Sistem pendidikan tanpa ujian nasional, dampak pengerukan pasir laut, dan ulasan komet menjadi Top 3 Tekno, Senin, 30 September 2024.

30 September 2024 | 08.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno Berita Terkini, Senin, 30 September 2024, diawali dengan ulasan mengenai sejumlah negara di dunia yang telah meninggalkan sistem ujian nasional sebagai penentu kelulusan bagi siswa. Kebijakan ini diambil untuk memberikan pendekatan yang lebih fleksibel dan holistik dalam mengevaluasi kemampuan siswa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikutnya ada artikel soal dampak penyedotan material di laut dangkal, terutama pasir laut, terhadap ekosistem. Penambangan pasir laut berpotensi mengangkat sedimen lumpur dan membuatnya tercampur dengan air laut di kawasan perikanan tangkap rakyat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Artikel ketiga membahas dua fenomena astronomi yang sedang menjadi perhatian publik pada akhir pekan lalu. Yang pertama adalah komet C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS) yang penampakannya bisa disaksikan siapapun di Bumi, termasuk di Indonesia. Fenomena lainnya adalah asteroid bernama 2024 PT5 yang akan menjadi bulan mini bagi Bumi untuk sementara waktu.

Berikut ulasan Top 3 Tekno yang lebih lengkap:

Bukan hanya Indonesia yang telah menghapus Ujian Nasional (UN) sebagai syarat kelulusan. Beberapa negara lain juga telah mengambil langkah serupa. Finlandia, misalnya dikenal dengan sistem pendidikannya yang inovatif dan progresif. Negara ini menilai siswa berdasarkan proyek, ujian sekolah, serta evaluasi guru.

Amerika Serikat juga tidak memakai sistem ujian nasional sebagai syarat kelulusan siswa. Meski masih ada tes standar, kebanyakan negara bagiannya menilai siswa berdasarkan kombinasi nilai kelas, proyek, dan ujian sekolah. Beberapa negara lain yang memiliki kebijakan serupa adalah Jepang, Australia, Kanada.

Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Profesor Yonvitner, mengatakan penyedotan material di laut dangkal, terutama pasir laut, berpotensi menambah kekeruhan air. "Bila kegiatan pengambilan (material) dekat dengan ekosistem, bisa menyebabkan peningkatan bahan tersuspensi,” katanya kepada Tempo, Kamis, 26 September 2024

Risiko lingkungan yang dibahas Yonvitner masih terhubung dengan pembukaan keran ekspor pasir laut. Guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini menilai perdagangan pasir dari laut dangkal tidak akan menguntungkan, bahkan mengancam ekosistem dan aspek sosial ekonomi. Ada juga potensi perubahan pola arus laut yang mengganggu daerah penangkapan ikan.

Penampakan komet C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS) bisa disaksikan siapapun di Bumi, termasuk di Indonesia. Komet C/2023 A3 ditemukan pada 9 Januari 2023, hasil pengamatan di Purple Mountain Observatory alias Tsuchinshan Chinese Observatory di Nanjing, Cina.

“Kecerlangan komet itu harusnya bisa terlihat langsung oleh mata (tanpa alat),” kata Avivah Yamani, penggiat astronomi dari Komunitas Langit Selatan di Bandung, Ahad malam, 29 September 2024..

Belakangan ada juga asteroid bernama 2024 PT5 yang kini menjadi “bulan mini” bagi Bumi. Benda angkasa berukuran lebar 11 meter itu terjerat gravitasi Bumi. Asteroid itu menempel bumi yang sedang mengorbit matahari.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus