Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Komputer jalur udara padat

Amerika mengatasi kepadatan lalu lintas udara tanpa menambah landasan pacu. komputerisasi sistem navigasi bisa menampung kesibukan bandar sampai 30%.

1 Mei 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JADWAL molor bukanlah perkara aneh di bandar udara Amerika Serikat. Sepanjang 1992, tercatat sekitar 300.000 penundaan penerbangan, yang setiap kali makan tempo sekitar 15 menit. Frekuensi penundaan itu memang tak sampai 5%, tapi konsumen cukup dirugikan. Dari 10 bandara terbesar di Amerika, seperti Los Angeles, Detroit, New York, dan Miami, penundaan itu menyita waktu 600 ribu jam dan membuat penumpang kehilangan waktu 50 juta jam. Yang dituding sebagai biang kerok utama adalah cuaca buruk. Lantas, kepadatan lalu lintas udara masuk urutan kedua. Perkakas navigasi, baik yang dipasang dalam pesawat maupun di darat, dianggap sudah tak memadai. Biro penerbangan sipil AS (FAA) pun pusing mencari pemecahan. Tuntutan penambahan landasan pacu pun tak mempan karena makan biaya besar. Atas anjuran FAA, pemerintah Amerika kini memulai proyek senilai US$ 32 miliar (Rp 64 triliun), untuk mempercanggih komputerisasi pengendali lalu lintas udara. Dengan kiat ini, ditaksir frekuensi penerbangan bisa dinaikkan 30%, menjadi 1,15 juta per bulan. Proyek besar ini direncanakan rampung sepuluh tahun lagi, ketika jumlah penerbangan meningkat 100% dari saat ini. Langkah awal yang diambil adalah mengganti perkakas sistem pendaratan, yang memandu pilot menemukan ujung landasan, dengan alat yang disebut MLS (microwave landing system). Yang lama dan baru sama-sama memancarkan gelombang radio yang mudah ditangkap oleh pesawat terbang. Tapi keduanya memberikan pelayanan berbeda. Sistem lama memancarkan gelombang dalam bentuk kerucut besar, mirip ujung pensil. Layanan ini sering dinilai kurang dapat diandalkan karena pilot harus mencari garis menuju ujung pensil dengan berputar-putar di sekitar bandara. MLS tampaknya lebih aman. Berkas gelombang yang dipancarkan lebih kuat, dan membentuk lorong silinder panjang. Pesawat udara dapat menemukan lorong pendaratan lebih dini. Tinggal mengikuti lorong gelombang itu, pesawat dijamin aman sampai di darat. Uji coba selama setahun di New York menunjukkan, dengan MLS pendaratan lebih cepat 319 menit. Dalam waktu dekat ini, MLS akan dipasang di 26 bandar udara besar di AS. Dan menurut FAA, pada 1995 nanti, peranti baru ini akan hadir di 1.250 pelabuhan udara sipil dan militer di seluruh Amerika. Setiap unit MLS harganya Rp 120 juta. Peralatan lain adalah sistem radar jarak pendek untuk memonitor kegiatan di kompleks bandara. Radar tua model Asde-II yang bertumpu pada teknologi 1950-an dibongkar, diganti dengan sistem Norden. Radar ini dihubungkan dengan komputer, dan hasilnya ditayangkan ke layar monitor pesawat. Dengan Asde-II, bandar udara tampak remang di monitor. Pesawat udara di landasan dan taxi way cuma tampak sebagai titik lampu kecil. Dengan sistem baru, landasan tampak jernih dengan marka- markanya. Pesawat udara lebih nyata sosoknya. Yang lebih penting, komputer akan membunyikan alarm bila melihat dua pesawat mau masuk ke landasan yang sama, hal yang tak bisa dilakukan Asde-II. Dengan radar Norden ini, kerja petugas menara akan lebih ringan. Dan pekerjaan mereka tambah ringan dengan hadirnya perangkat canggih yang disebut AERA atau Automated EnRoute Air Traffic Control. Dalam prakteknya, petugas menara tak cuma memberikan clearence bagi pesawat yang hendak memasuki landasan pacu. Mereka pun punya kewajiban memandu pesawat yang bergerak ke bandara. Manuver pesawat tergantung petugas menara itu. Ini yang dikhawatirkan FAA. Sebab, rata-rata seorang petugas menara harus melayani 36 pesawat terbang setiap jam. ''Itu me- lelahkan,'' ujar Joseph Del Balzo, seorang pejabat teknik di FAA. Dengan frekuensi penerbangan sepadat itu, katanya, petugas menara mudah membuat kekeliruan yang bisa berakibat fatal. Peristiwa tragis itu pernah terjadi di Los Angeles awal Februari 1991. Ketika itu petugas menara mengizinkan sebuah pesawat kecil masuk ke landasan yang sudah dipesan oleh sebuah Boeing 737. Walhasil, Boeing mendarat di punggung pesawat kecil itu. Malapetaka pun datang, 34 orang tewas. Hal itu tak akan terjadi bila sistem radar bisa mengoreksi keputusan petugas menara. Maka, AERA akan segera menyusul Norden. Berbeda dengan Norden yang jangkauannya terbatas, dengan dukungan jaringan satelit AERA sanggup memonitor pesawat yang terbang ratusan kilometer dari bandara. AERA juga mampu mengetahui persis kecepatan, ketinggian, dan arah terbang pesawat. Dengan memonitor semua pesawat di wilayah kerjanya, AERA bisa mengantisipasi secara dini bila ada pesawat yang terbang melintasi titik yang sama. Sedikitnya 20 menit sebelum dua pesawat tabrakan, ia akan mengirim berita lewat komputer pesawat, sekaligus memberi petunjuk untuk menghindari petaka. Sebetulnya, pesawat komersial sudah mempunyai perkakas untuk menghindari tabrakan, yakni dengan peralatan yang disebut Traffic Alert and Collision Avoidance. Dengan alat ini, pilot bisa mengetahui ada pesawat yang mendekat. Dan 45 detik sebelum tabrakan, alat ini akan memberikan peringatan. Lantas, 15 detik kemudian alat tersebut memberi petunjuk, pesawat harus naik atau turun. Proyek itu sempat mengundang protes sejumlah anggota Kongres lantaran makan biaya besar. Tapi protes itu tenggelam oleh suara keras masyarakat yang mencemaskan keselamatan penerbangan. Sebab, dalam lima tahun terakhir, FAA menerima laporan, ada 200 kasus dua pesawat nyaris bertabrakan ketika mendekati bandar udara. PTH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus