Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mengembangkan perangkat Telemedicine untuk membantu pelayanan kesehatan di daerah terpencil yang sulit dijangkau atau tidak memiliki dokter spesialis. Sistem terintegrasi ini dilengkapi dengan alat kesehatan digital, komputer, dan server penyimpan data pasien yang bisa diakses para dokter spesialis di rumah sakit besar.
Dirancang dipasang di pusat kesehatan masyarakat, Telemedicine menjadi alat bantu dokter umum untuk mendiagnosis penyakit pasien dan mengambil tindakan yang diperlukan setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis. “Jadi dokter spesialis tidak harus datang ke puskesmas itu,” kata Direktur Pusat Teknologi Elektronika BPPT Yudi Purwantoro, Senin pekan lalu.
Perangkat ini dilengkapi dengan alat kesehatan, seperti stetoskop, elektrokardiograf, dan ultrasonograf digital. Dalam proses konsultasi, dokter di puskesmas akan memeriksa kondisi pasien menggunakan alat-alat tersebut. Semua data vital pasien yang tercatat langsung disimpan di server Telemedicine. “Konsultasinya bisa real-time,” tutur Yudi.
Konsultasi dilakukan lewat komunikasi jarak jauh memanfaatkan fasilitas audio-video di Telemedicine. Yudi menjelaskan, dokter di puskesmas dan dokter spesialis di rumah sakit besar harus berada di depan perangkat Telemedicine masing-masing. “Kalau pasiennya hadir, bisa juga berkomunikasi dengan dokter spesialis,” ucapnya.
Peluncuran Telemedicine bertepatan dengan ulang tahun ke-40 BPPT. Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan peluncuran alat tersebut menjadi bukti peningkatan peran BPPT dalam pembangunan nasional. “BPPT akan terus menghasilkan inovasi teknologi. Salah satunya Telemedicine ini,” ujarnya.
Unggul berharap kehadiran Tele-medicine bisa membantu peningkatan akses kesehatan masyarakat. Untuk program awal, BPPT berencana melakukan uji coba di sejumlah puskesmas di Tangerang Selatan. Jika uji coba itu dinilai berhasil, terbuka kemungkinan program dilanjutkan di daerah lain. “Uji coba untuk melihat apa saja keunggulan dan kekurangannya,” katanya.
Yudi Purwantoro mengatakan pengoperasian Telemedicine bergantung pada jaringan Internet. Para peneliti BPPT merancang alat itu bisa bekerja dalam jaringan dengan bandwidth kecil. Dengan kecepatan 256 kilobit per detik (Kbps) saja, sistem video-conference sudah bisa diaktifkan. “Kualitas videonya tidak terlalu tajam, tapi cukup memadai sebagai sarana komunikasi,” dia menerangkan.
Telemedicine juga dilengkapi dengan perangkat pembaca data kartu tanda penduduk elektronik. Dengan demikian, data pasien bisa langsung terkonfirmasi dan lebih aman. “Memperkecil risiko data tertukar atau dipalsukan orang lain,” ucap Yudi.
Perangkat Telemedicine dirancang untuk puskesmas di daerah terpencil yang tidak terjangkau dokter spesialis.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo