Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polemik atas gagasan yang disampaikan oleh pasangan nomor urut 01 kembali disinggung Gibran Rakabuming Raka selaku lawan dalam Debat Cawapres kedua Pemilu 2024 yang membahas soal baterai Lithium Ferro-Phosphate disingkat LFP.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sesi debat tersebut, Gibran mengatakan bahwa Cawapres 01, Cak Imin tidak paham penuh terkait baterai LFP. Gibran juga mengatakan bahwa saat ini produsen otomotif Tesla masih menggunakan bahan baku utama nikel untuk pembuatan baterai mobil listriknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sering bicara LFP, Tesla enggak pakai nikel. Ini kan kebohongan publik, mohon maaf. Tesla itu pakai nikel, pak, dan kita sekarang, kita itu Indonesia adalah negara yang punya cadangan nikel terbesar di dunia, ini kekuatan kita, ini bargaining kita, jangan malah membahas LFP, itu sama saja mempromosikan produknya Cina, pak,” ujar Gibran kepada Cak Imin selama debat berlangsung.
Memang Tesla saat ini masih menggunakan nikel untuk baterai sebagai mobil listriknya. Namun, produsen yang dikelola oleh Elon Musk ini ternyata sudah mulai beralih ke baterai jenis LFP, sekaligus menjadi produsen EV pertama yang menggunakan baterai LFP.
Jenis baterai ini diklaim memiliki desain yang lebih ringan, mengkonsumsi energi yang lebih sedikit untuk berkendara pada jarak tempuh yang sama daripada EV lainnya di kelas yang sama.
Apa yang Dimaksud LFP?
Berikut pengertian serta apa saja kelebihan dari baterai LFP?
Berdasarkan yang dilansir dari artikel First Phosphate, LFP merupakan jenis baterai yang menggunakan litium besi fosfat (LiFePO4) sebagai bahan katoda bersama elektroda karbon grafit dengan lapisan logam sebagai anoda.
Berbeda dengan bahan-bahan katoda lainnya, LFP merupakan senyawa polyanion yang terdiri dari lebih dari satu unsur yang memiliki muatan negatif. Terdiri dari atom-atom yang penyusunnya memuat struktur kristal pembentuk jaringan 3D ion lithium dibandingkan dengan lempengan 2D dari nikel mangan kobalt.
Baterai LFP cara geraknya serupa dengan baterai lithium-ion lainnya, dapat berpindah antara elektroda positif dan negatif untuk mengisi dan mengosongkan. Namun, fosfat merupakan bahan yang tidak memiliki racun jika dibandingkan dengan oksida kobalt atau oksida mangan, sehingga baterai LFP mampu menghasilkan tegangan konstan pada sikulas pengisian daya yang lebih tinggi.
Sesuai dengan yang dibicarakan oleh Gibran, LFP ini merupakan buatan dari produsen China. Menurut Fortune Business Insights, pasar baterai LFP diproyeksikan tumbuh dari USD 10,12 miliar pada 2021 menjadi USD 49,96 miliar pada 2028 yang akan datang dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 25,6%.
Selain itu, First Phosphate menyebutkan bahwa keamanan dan keunggulan LFP dalam adopsi pasar massal adalah sebagai berikut:
1. Tidak beracun (bebas kobalt, mangan, dan nikel),
2. Keamanan kebakaran yang unggul (lebih sedikit panas yang dihasilkan),
3. Performa terdefinisi dengan baik (kehilangan kapasitas lebih rendah sehingga lebih stabil secara struktural),
4. Ramah lingkungan dan dapat didaur ulang,
5. Baterai dengan biaya terendah di pasaran,
6. Penggunaan jangka waktu yang lebih panjang dan degradasi lebih rendah,
7. Tegangan pengosongan yang konsisten (otomatis kehilangan daya lebih sedikit saat baterai lemah)
Selain produsen Tesla yang sudah mulai beralih, ternyata beberapa produsen kendaraan listrik telah mengumumkan bahwa akan ada rencana untuk memindahkan baterai dari teknologi lain ke LFP, seperti Ford, Rivian, Mercedes-Benz, Hyundai dan Volkswagen. Dengan memiliki sifat yang ringan, baterai LFP semakin banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar untuk aplikasi yang lebih besar.
MYESHA FATINA RACHMAN I DICKY KURNIAWAN
Pilihan editor: Arti Hilirisasi yang Berkali-kali Disampaikan Gibran Saat Debat Apa Maksudnya?