Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Semenjak Desember 2024 sampai awal Maret 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), TNI Angkatan Udara (TNI AU), dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia sudah bekerja sama untuk mengurangi potensi hujan ekstrem dengan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Ini ditujukan untuk menanggulangi risiko bencana banjir dan longsor akibat meningkatnya intensitas hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Teknologi ini akan menyemai awan lewat menggunakan bahan-bahan kimia, biasanya akan menggunakan bahan Natrium Klorida (NaCl). Bahan ini nantinya akan mengendalikan atau bahkan memicu presipitasi awan atau curah hujan. Namun, bahan apa saja yang bisa digunakan lagi selain garam?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Kalsium Oksida
Salah satu bahan kimia yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan modifikasi cuaca adalah Kalsium Oksida (CaO). Penggunaan bahan kimia ini juga dimanfaatkan dalma mengendalikan cuaca semasa pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Indonesia. Penggunaan CaO nantinya akan meningkatkan efektivitas OMC.
Penambahan bahan kimia ini, selain meningkatkan keberhasilan OMC, bahan yang terkandung di dalamnya juga diklaim aman bagi lingkungan. Jadi, tidak akan ada efek samping yang merugikan masyarakat ataupun lingkungan.
2. Karbon Dioksida Padat
Karbon Dioksida Padat atau yang sering dikenal dengan nama dry ice menjadi bahan lain untuk melakukan TMC. dry ice dapat mendinginkan bagian atas awan dan membentuk kristal-kristal es. Pembentukan inilah yang nantinya akan membantu presipitasi. Namun, dry ice adalah bahan yang jarang digunakan dalam TMC terutama di Indonesia karena ketersediaannya dan biaya yang cukup mahal.
3. Perak Iodida
Perak Iodida atau AgI digunakan sebagai bahan untuk memodifikasi cuaca karena kemampuannya untuk menirukan struktur es. Sama seperti dry ice, nantinya AgI akan membantu pembentukan kristal di dalam awan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia sendiri telah menguji teknik penggunaan bahan ini untuk penyemaian awan. BPPT pertama sekali melakukannya pada bulan Februari tahun 2020 untuk mengurangi hujan es.
Selain bahan-bahan di atas, masih ada beberapa bahan kimia lain yang bisa digunakan untuk mengendalikan cuaca lewat Teknologi Modifikasi Cuaca. Semua bahan-bahan yang dimaksudkan diutamakan bahan kimia yang mengandung klorida atau garam. Pasalnya, struktur garam yang dapat mengendalikan kemampuan penyerapan air awan menjadi faktor utamanya.
Andika Dwi berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Banjir Jabodetabek: Cara BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca