Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Merapi Disangka Makin Tinggi Dan...

Tinggi gunung Merapi Jawa Tengah sejak akhir 1981 bertambah 54 m. Berita tersebut dibantah oleh berbagai pihak. Gunung Kelud yang terkenal aktif dan berbahaya tetap dimonitor. (ilt)

19 Juni 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERKEMBANGAN kegiatan Galunggung itu semula terus diikuti melalui catatan tiga buah seismograf. Kemudian sejak awal Juni di Pos Pengawas Galunggung dipasang alat detektor dengan sistem radar. Alat ini -- sumbangan Pemerintah Amerika Serikat -- bisa mengukur "napas" gunung dari jarak 7 km. "Jadi kalau seismograf mengukur 'denyut jantung' gunung, detektor ini bisa mengukur 'napas' gunung," ujar Ir. Adjat Sudradjat, yang mengepalai Direktorat Vulkanologi. Direktorat Vulkanologi kini juga memperketat pengamatan terhadap G. Merapi dan G. Kelud. Menurut berita Antara, pimpinan Proyek Gunung Merapi Yogyakarta, menilai tinggi G. Merapi, sejak akhir 1981, bertambah 54 m, akibat magma yang mendesak ke atas sejak bertahun-tahun. Tapi menurut Ir. Adjat yang baru saja meninjau keadaan G. Merapi itu, penambahan ketinggian itu cuma berlangsung beberapa hari saja, setelah itu longsor lagi. "Bila penambahan ketinggian tanpa diikuti longsoran, tentu ini berbahaya," ujar Adjat kepada TEMPO pekan lalu. Pejabat Vulkanologi di Yogya lebih skeptis menerima berita itu. "Adalah peristiwa besar, kalau kenaikan itu betul terjadi," ujar Ir. M. Istijab, Kepala Sub Seksi Geokimia, Sub Dit. Laboratorium Gunung Api, pekan lalu. Kenaikan tinggi puncak gunung, apalagi 50 m lebih, tidak gampang, menurut Istijab. Tentu ada suatu kekuatan dahsyat yang mengangkatnya. "Ini berbahaya," ujarnya, "sebab Yogya pun akan bisa ikut terangkat." Penghubung Masalah Gunung Merapi di Yogyakarta, Heryono Asmanu juga heran. "Wah, dari mana sumber berita itu," katanya kepada TEMPO. "Menurut catatan kami, sampai hari ini tinggi puncak Merapi masih tetap 2.911 m!" Secara berkelakar ia mengungkapkan pihaknya belum merasa ada kenaikan Pulau Jawa. "Kalau ada kenaikan, Dinas Topografi perlu mengadakan perhitungan baru," ujarnya. Ir. Istijab menduga kenaikan yang dimaksud ialah kenaikan kubah lava. Saat ini G. Merapi masih dalam proses pembentukan kubah lava baru. Kenaikan kubah lava itu memang bisa mempengaruhi perubahan tinggi gunung itu sendiri, kalau kubah itu memang terletak di puncak. "Tapi untuk Gunung Merapi hal itu tidak mungkin," ujar Heryono. "Dari dulu sampai sekarang kepundan yang berisi kubah lava G. Merapi itu selalu terdapat di lereng bagian puncak." Sekarang kepundan yang berisi kubah lava itu terdapat di lereng barat daya puncak G. Merapi, pada ketinggian 2.772 m. Tahun 1953-54, kepundan itu terdapat di lereng utara, sedang tahun 1957 di lereng barat. Lokasi sekarang terbentuk sejak tahun 1961 dan selama itu belum pernah melampaui tinggi puncak Merapi. Meski kegiatan Merapi tetap dalam batas normal, gunung yang tergolong paling aktif itu selalu dalam pengawasan ketat. "Diawasi terus-menerus 24 jam oleh lima pos pengawasan," ujar Ir. Istijab. UNTUK mengawasi Gunung Kelud, Jawa Timur, Pos Pengamatan Margomulyo kini siap-siaga sepenuhnya. Tiga hari sekali petugas harus turun ke kawah. "Mencatat suhu air kawah," ujar Sugiyono, petugas Dit. Vulkanologu di pos yang hanya 9 km dari kawah Kelud itu. Pekan lalu pembantu TEMPO, Dharma Dewangga, ikut turun ke kawah itu dan menemukan suhu di situ 32ø C. "Sehari-hari memang segitu," ujar Sugiyono yang bekerja di pos G. Kelud sejak 1963. "Berarti normal." Memang G. Kelud yang terkenal aktif dan berbahaya, seakan-akan sedang tidur nyenyak saat ini. "Justru diamnya ini bisa mengandung bahaya kalau kita lengah memonitornya," tutur Sugiyono. Abad ini Kelud sudah tiga kali meledak. Pertama tahun 1919, kemudian tahun 1951 dan terakhir tahun 1966. Meskipun diam hampir setiap saat alat seismograf di pos mencatat getaran. "Getaran vulkanik hampir jarang," ujar Sugiyono. "Hanya getaran tektonis yang sering terjadi." Tapi ini getaran kecil hingga tidak terasakan oleh penduduk di sekitarnya. Luas kawah Kelud sekitar 1000 m2 dan berisi air sekitar 2 juta m3 yang warnanya sering kehijau-hijauan. Untuk menjaga air itu tidak melampaui batas tinggi, pada kaki gunung sekitar kawah itu dibuat beberapa terowongan pembuang. "Dari tujuh terowongan, kini hanya sebuah saja yang berfungsi," ujar Sugiyono. Dua tahun lalu suhu di kawah itu pernah naik sampai 40ø C. Tapi setelah itu suhunya turun kembali sampai sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus