Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DIBERI nama Reactic 1.0, mobil mini ini menggunakan bahan bakar sel volta dan sistem pengereman berbahan organik. Sel volta merupakan sel elektronika yang menghasilkan tenaga listrik karena reaksi redoks secara spontan.
Reactic 1.0 diciptakan oleh sepuluh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mereka adalah Reza Hendy Djoerkaeff, Alfi Ria Rusdiyanto, Tito Fesadianto, Farizan Praevi, dan Sayoga Arifagalih Hidayatullah. Selain itu, Olga Priandhana Yudi, Wildan Adiguna, Bayu Prawito Aji, Linggom Enrico Christian, dan S. Adi Nugraha. Para mahasiswa ini tergabung dalam tim Reactics Chem-E-Car UGM dengan direktur utama Fadzri Syukmadjie.
Tim mulai meriset mobil itu pada Mei lalu. Pembuatan oto rampung saat mendekati lomba Chemeca Adelaide Chem-E-Car 2016, yang digelar Adelaide University, Australia, pada 27 September. Reactic 1.0 memang disiapkan untuk mengikuti kompetisi mobil kecil—sebesar mobil mainan—berbahan bakar alternatif tersebut. ”Riset berlangsung lima bulan,” kata Fadzri, Rabu pekan lalu.
Reactic 1.0 dibuat dalam empat tahap, yakni merancang konsep, mendesain, manufaktur, dan merakit. Khusus desain, tim membuatnya berdasarkan aturan panitia lomba, yaitu mobil harus dilengkapi sistem pengereman agar berhenti di tempat yang ditentukan panitia.
Mobil ini dibuat dari sejumlah bahan dan komponen. Di antaranya akrilik, kuningan, karet, sel volta, pengatur tegangan, sensor fotodioda, lampu LED, dan larutan berbahan organik. Akrilik merupakan material untuk membuat bodi. Kuningan sebagai bahan dasar poros dan gear. Adapun karet untuk roda.
Sel volta, yang merupakan pengganti baterai sebagai sumber tenaga mobil, memiliki dua kutub, anoda dan katoda. Kutub anoda terbuat dari potongan pelat aluminium dan sabut stainless steel. Katoda terbuat dari hidrogen peroksida. Tim menggunakan potasium hidroksida sebagai elektrolit. ”Kami memanfaatkan aliran elektron karena terdapat beda potensial dari elektroda yang digunakan,” kata Reza, kapten tim Reactic 1.0.
Sel volta bekerja saat aluminium teroksidasi dan melepaskan elektron. Elektron yang lepas akan ”menggerus” hidrogen peroksida sehingga menimbulkan reaksi redoks, yaitu reaksi kimia yang disertai serah-terima elektron antar-zat. Dari situ listrik terciptakan dan digunakan untuk menggerakkan roda mobil.
Sensor fotodioda, lampu LED, serta larutan A dan B merupakan bagian dari sistem pengereman mobil. Fotodioda termasuk sensor peka cahaya yang berfungsi mengerem laju mobil secara otomatis. Lampu LED membantu kerja sensor tersebut.
Larutan terdiri atas dua jenis, A dan B. Cairan A terbuat dari obat merah, vitamin C berbentuk tablet, dan air murni. Larutan B terbuat dari hidrogen peroksida, pati dari tepung maizena, dan air murni. Bahan-bahan organik inilah yang menjadi pembeda mobil ini dengan yang lain.
Sensor, lampu, dan larutan dirangkai jadi satu. Larutan ditempatkan di antara sensor dan lampu. Cepat-lambatnya reaksi kimia dari larutan menentukan di mana mobil harus berhenti. ”Makin tinggi konsentrasi vitamin C, titik akhir reaksi akan lebih lama sehingga mobil berjalan semakin jauh,” kata Alfi, anggota tim.
Bagaimana mobil berhenti secara otomatis? Ketika mobil melaju, larutan yang awalnya berwarna bening lambat-laun menjadi hitam. Saat cairan menghitam, sensor tak dapat lagi menangkap sinar lampu di seberang larutan karena tertutup warna gelap. Sensor lalu memfungsikan pengereman sehingga mobil berhenti.
Fadzri mengatakan mobil Reactic 1.0 sempat menghadapi kendala saat lomba di Australia pada akhir September lalu. Tim kesulitan mengatur reaksi kimia dalam larutan karena perbedaan suhu antara Indonesia dan Australia. Meski begitu, hambatan ini mereka atasi. Tim UGM pun menjuarai lomba tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo