Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) akan menggelar Simposium Digitalisasi Aksara Sunda secara daring pada tanggal 7-8 Juni 2021 mendatang bertepatan dengan momentum Hari Jadi Bogor (HJB) ke-539.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam pelaksanaannya PANDI menggandeng Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Komunitas Pegiat Aksara Sunda, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), dan stakeholder terkait, yang implementasinya terbagi menjadi tiga rangkaian acara, meliputi Webinar, Workshop dan Focus Group Discussion.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Simposium tersebut merupakan rangkaian kegiatan dari program besar PANDI bertajuk Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) yang juga didukung oleh UNESCO dalam setiap kegiatannya.
Dalam keterangan persnya, Dr. Ming-Kuok LIM, Advisor for Communication and Information UNESCO menyebut bahwa keanekaragaman bahasa dalam konteks aksara merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keanekaragaman budaya.
"Ini memungkinkan perempuan dan laki-laki untuk mengekspresikan emosi, niat, nilai-nilai dan pemahaman dari berbagai latar belakang budaya, sosial dan latar belakang profesional. Atas dasar ini, juga penting untuk dialog, rekonsiliasi dan perdamaian," ucap Ming.
Namun lanjut Ming, UNESCO mencatat lebih dari setengah dari semua bahasa di seluruh dunia dalam bahaya dan berpotensi menghilang pada akhir abad ini. Oleh karena itu, UNESCO sangat terpacu dengan upaya PANDI dan mitra aksara untuk melestarikan dan mendigitalisasikan aksara Sunda serta membuatnya tersedia secara luas.
Sementara Ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo, menilai bahwa masalah mendasar terkait aksara Nusantara adalah bagaimana caranya aksara tersebut dapat digunakan sehari-hari oleh masyarakat dalam berkomunikasi.
"Kegiatan simposium perlu dilakukan untuk memasifkan kembali penggunaan aksara Nusantara ke dalam platform digital, dalam konteks ini aksara Sunda, karena dari para penuturnya lah aksara Nusantara bisa tetap eksis dan dinamis mengikuti perkembangan zaman. Melalui Simposium inilah kita bisa berdiskusi mengupayakan langkah langkah konstruktif untuk menyongsong digitalisasi aksara Nusantara," pungkas Yudho.
Baca:
PANDI Rancang Museum Aksara Nusantara