Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Virginia Tech, seperti dilansir Sciencedaily.com, menemukan cara baru untuk mengidentifikasi target genetik yang itu bisa berguna untuk mengendalikan populasi nyamuk. Ini bisa menjadi alternatif pengenalian nyamuk selain menggunakan insektisida.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Studi mereka, yang diterbitkan di Communications Biology, difokuskan pada dasar genetik ketidakcocokan spesies. Mereka menyilangkan Ae. aegypti, vektor penyakit arbovirus global utama dan spesies saudaranya, Ae. mascarensis, dari Samudra Hindia. Ketika keturunannya disilangkan kembali dengan salah satu induknya, sekitar 10 persen dari keturunannya menjadi interseks dan tidak dapat bereproduksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti mengidentifikasi kelainan pada jalur penentuan jenis kelamin nyamuk interseks ini. Mereka menemukan bahwa nyamuk ini adalah jantan secara genetik tetapi mengekspresikan gen jantan dan betina, yang mengarah pada sifat fisik campuran.
Dengan memahami faktor genetik ini, mereka berharap dapat mengembangkan strategi untuk menciptakan populasi nyamuk jantan saja, yang dapat membantu mengendalikan jumlah nyamuk dengan menghilangkan nyamuk betina. Penelitian ini juga dapat membantu mengidentifikasi gen yang mempengaruhi perilaku nyamuk betina, membantu metode pengendalian vektor di masa mendatang.
Temuan ini dinilai penting untuk mengendalikan penyakit seperti Zika dan demam berdarah, karena pengendalian nyamuk yang lebih baik dapat mengurangi penyebaran penyakit ini. "Studi ini dapat membantu mengidentifikasi gen jalur penentuan jenis kelamin baru yang dapat digunakan dalam strategi pengendalian nyamuk," kata Igor Sharakhov, salah satu peneliti dalam proyek tersebut dan profesor entomologi serta staf pengajar yang berafiliasi dengan Fralin Life Sciences Institute.
Penelitian ini dapat membantu pengendalian nyamuk dengan mengidentifikasi gen jalur penentu jenis kelamin baru untuk menciptakan populasi yang semuanya jantan, sehingga menghilangkan betina dan mengurangi jumlah vektor. Selain itu, identifikasi gen khusus jenis kelamin dapat membantu mengembangkan konstruksi genetik untuk memanipulasi sifat-sifat pada populasinya di alam liar.
"Karena interseks secara genetik jantan tetapi mengekspresikan transkrip betina, hal itu menyediakan sistem untuk mengidentifikasi gen yang mempengaruhi perilaku betina, yang dapat berguna untuk strategi pengendalian vektor di masa mendatang," kata Jiangtao Liang, rekan Igor yang menempuh studi pascadoktoral dalam entomologi.