Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ditemukannya oksigen bagi kehidupan manusia membantu meningkatkan kemajuan sains. Terutama dalam membantu memenuhi kebutuhan tabung oksigen manusia yang dua pertiganya berisi oksigen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tabung oksigen banyak dirasakan manfaatnya bagi dunia medis. Misalnya dipakai sebagai terapi oksigen, fasilitas medis rumah sakit, sampai alat bantu seseorang ketika dalam perjalanan. Manfaat lain di luar medis dapat membantu menyalakan peralatan las yang membutuhkan oksigen, dekompresi bagi para penyelam, juga untuk produksi baja dan monel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tabung oksigen mulai beredar luas sejak 90-an. Penemuan tabung oksigen ini disempurnakan secara bertahap oleh Carl Wilhelm Scheele, lalu berikutnya Joseph Priestley, dan terakhir oleh ahli kimia Antoine-Laurent de Lavoisier. Ketiga nama itu melakukan uji coba ilmiah dalam waktu dan jarak yang berjauhan.
Dikutip dari rc.rcjournal.com, laboratorium oksigen ditemukan pada pada 1771 oleh seorang ahli kimia farmasi Jerman-Swedia, Carl Wilhem Scheele. Saat itu, ia menemukan yang disebutnya “udara api” dengan dengan cara memanaskan oksida merkuri, karbonat perak, magnesium nitrat, dan garam nitrat lainnya.
Pada 1774, Scheele sempat menyampaikan penemuan oksigennya kepada Lavoiser melalui surat. Sayang, penemuannya tidak tidak terdokumentasi ketika ia mengirim ke penerbitnya Chemical Treatise on Air and Fire, yang tidak diterbitkan sampai 1777.
Penemuan Scheele belum sempat diketahui banyak orang, namun ia meninggal terlebih dahulu karena keracunan merkuri yang dihasilkan dari pemanasan oksida merkuri untuk menghasilkan oksigen.
Penemuan oksigen itu diambil alih seorang teolog asal Inggris, Joseph Priestley. Jauh sebelumnya pada 1767, Priestly pun sudah terpikir bahwa udara yang dicampurkan dengan karbon akan menghasilkan sebuah aliran listrik. Ia menyebut udara berkarbonisasi itu dengan nama udara mephitic.
Akhirnya, pada 1774, ia menggunakan kaca yang menyala dan panas matahari untuk memanaskan oksida merkuri. Ketika itu, ia beranggapan bahwa oksida merkuri terurai di bawah suhu ekstrem sehingga membentuk butiran merkuri.
Saat melakukannya, dia memperhatikan bahwa oksida merkuri terurai di bawah suhu ekstrem dan membentuk butiran merkuri unsur. Oksida merkuri juga mengeluarkan gas aneh yang memfasilitasi nyala api dan membuka saluran pernapasan, sehingga lebih mudah bernapas saat dihirup. Priestley menamai gas itu “udara dephlogisticated”.
Oxigene Lavoisier
Pada 1774 itu juga, Priestley bertemu dengan Lavoisier yang membahas mengenai penemuan udaranya. Setelahnya, Lavoisier mulai melakukan eksperimennya sendiri pada bentuk udara murni milik Priestley sebelumnya.
Ia mengamati bagian dari beberapa asam sehingga terbentuk asumsi yang menyebutkan bahwa unsur itu diperlukan untuk membentuk semua asam. Sejak saat itu, terciptalah nama oxygene yang diambil dari kata Perancis. Namun jika dipisahkan menurut kata Yunani, maka diambil kata “oxy” berarti asam, sedangkan “gen” berarti membentuk dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi oksigen.
Lavoisier melangkah lebih jauh lagi. Ia mengumpulkan gas untuk diukur secara rinci dengan alat yang keseimbangannya sangat peka. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembakaran dan pernapasan manusia memiliki proses yang sama, yaitu menyerap oksigen dan bahan lain yang mengandung karbon dan hidrogen sehingga menghasilkan karbondioksida dan air.
FATHUR RACHMAN