Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria India menjual mobilnya untuk membeli oksigen demi menyelamatkan pasien Covid-19 ketika India menghadapi gelombang ketiga pandemi virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shahnawaz Shaikh, seorang Muslim berusia 32 tahun dari permukiman kumuh di Mumbai, yang dijuluki "manusia oksigen", memiliki perusahaan konstruksi kecil yang sukses sebelum pandemi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tetapi lockdown panjang Maret lalu memaksanya menutup bisnis dan situasi semakin parah di Mumbai.
Shahnawaz Shaikh mengatakan kepada NDTV, inisiatifnya untuk memasok oksigen gratis kepada mereka yang membutuhkan dimulai selama gelombang pertama Covid, ketika sepupu temannya meninggal karena Covid-19.
Ketika Shaikh mengetahui bahwa dukungan oksigen yang tepat waktu dapat menyelamatkan hidupnya, dia menjual SUV-nya untuk membeli obat-obatan dan tabung oksigen untuk pasien Covid-19.
Pada Mei tahun lalu ia melihat sepupu temannya meninggal di gerbang rumah sakit yang kewalahan. "Yang dia butuhkan hanyalah oksigen - yang bisa menyelamatkan dia dan anaknya yang belum lahir," kata Syaikh, dikutip dari CNN, 13 Mei 2021.
Dia mengatakan kematiannya mendorongnya untuk bertindak.
Shaikh telah mendirikan Unity And Dignity Foundation (UDF) nirlaba yang dia dirikan pada tahun 2014 sebagai proyek sampingan. Juni lalu, ia mendirikan inisiatif Ray of Hope, untuk memberikan oksigen gratis kepada pasien virus corona.
Syaikh menghabiskan US$ 2.000 (Rp 28,5 juta) dari uangnya sendiri untuk membeli 30 tabung oksigen dan menawarkannya secara gratis kepada siapa pun yang membutuhkan, menyebarkan panggilan terbuka melalui media sosial dan teman-teman.
Sebagai seorang Muslim, ia mengatakan aksi kemanusiaannya selaras dengan nilai-nilai agamanya.
Shahnawaz Shaikh berpose di depan mobil SUV-nya, sekitar tahun 2019, yang kemudian dia jual untuk mengumpulkan dana untuk memberikan oksigen gratis kepada pasien Covid-19 yang tidak dapat menemukan atau membelinya.[CNN]
Syaikh memutuskan untuk meningkatkan kapasitasnya, tetapi ia semakin kekurangan dana. Bulan itu, untuk memenuhi permintaan yang meningkat akan lebih banyak tabung, dia menjual SUV Ford Endeavour miliknya.
Dibeli dengan harga setara dengan US$ 30.000 (Rp 426,8 juta), Syaikh menerima sekitar US$ 12.000 (Rp 170,7 juta) untuk mobil tersebut. Uang tersebut memungkinkan dia untuk membeli 160 tabung oksigen lagi. Usahanya juga membuatnya terkenal saat berita tentangnya menyebar dan lebih banyak sukarelawan bergabung dengannya.
Saat itu, India sedang dalam gelombang pertama pandemi.
Saat India memerangi gelombang kedua Covid-19 yang muncul pada Maret, sistem perawatan kesehatan negara itu berada di bawah tekanan. Tempat tidur, pekerja medis, dan oksigen tidak mencukupi. Beberapa pasien Covid-19 sekarat di ruang tunggu atau di luar klinik, sebelum menemui dokter.
Syaikh mengatakan dia sekarang mendapat 500 hingga 600 permintaan sehari dan telah mampu membantu hampir 7.000 orang, dan terkadang membayar tagihan medis untuk mereka yang tidak mampu.
Timnya menjalankan operasi 24 jam setiap hari dan tahun ini telah berkembang menjadi 20 sukarelawan, 240 tabung oksigen, dan kantor kecil yang ia sebut "ruang perang" di mana pasien Covid-19 dapat mengakses informasi tentang tempat tidur rumah sakit yang tersedia, ventilator, dan dokter darurat.
"Ruang perang ini adalah toko kirana (toko serba ada) yang dikosongkan setelah lockdown tahun lalu, dan berubah menjadi sistem saraf pusat kami untuk semua kebutuhan pasien," kata Shaikh.
Shaikh juga telah meluncurkan kampanye penggalangan dana online, sejauh ini terkumpul sekitar US$ 21.000 (Rp 298,8 juta) dari target US$ 140.000 (Rp 1,9 miliar).
Oksigen cair sangat sedikit di pabrik oksigen di pinggiran Mumbai, katanya. "Apa yang tersedia (sebelumnya) dalam radius dua hingga empat kilometer setidaknya berjarak 40 hingga 60 kilometer. Kami harus berusaha dua kali lebih keras untuk mengamankan pasokan, menghabiskan enam hingga delapan jam hanya dengan mengisi satu tabung oksigen."
"Tapi kami tidak menyerah," katanya.
Di lain waktu, pasien meninggal meskipun telah melakukan upaya terbaik karena tidak ada ventilator.
Awal bulan ini, Shaikh memberikan oksigen kepada seorang perempuan berusia 45 tahun dengan Covid-19, tetapi kondisinya memburuk, dan dia membutuhkan ventilator. Tim Syaikh tidak dapat menemukannya tepat waktu, dan perempuan itu meninggal kurang dari sehari kemudian.
Kekurangan oksigen bukan satu-satunya masalah. Shaikh mengatakan para sukarelawan sedang berjuang dengan harga oksigen yang melambung di pasar tidak resmi.
Sebelum gelombang kedua, oksigen cair tersedia dari pemasok reguler dengan harga sekitar US$ 2 (Rp 28 ribu) untuk 10 liter, katanya. Sekarang, di pasar gelap, harganya mencapai sekitar US$ 47 (Rp 668 ribu) jika kita beruntung. Harga juga meroket untuk tabung oksigen kosong, dari sekitar US$ 40 (Rp 568 ribu) menjadi US$ 135 (Rp 1,9 juta), katanya.
Mumbai, salah satu kota terpadat di India dan pusat keuangan negara bagian Maharashtra, telah melaporkan lebih dari 5,1 juta infeksi Covid-19 dan lebih dari 75.000 kematian terkait virus corona pada Selasa kemarin.