Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim mahasiswa teknik elektro Institut Teknologi Bandung membuat mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dengan sistem pengaman berlapis. Mesin bernama Fingershield ATM itu dirancang untuk menangkal teknik pengelabuan (phishing), yang kerap dipakai untuk mengambil data pribadi nasabah agar bisa menggasak uang di dalam ATM.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mesin ATM ini dibuat trio Christiawan, Bayu Aji Sahar, dan Azel Fayyad Rahardiyan sebagai tugas akhir kuliah. Mereka merancang mesin untuk mencegah pencurian data informasi pada kartu nasabah (skimming) serta penyalinan nomor identifikasi personal (PIN capturing). Purwarupa Fingershield ATM telah dipamerkan di Aula Timur ITB pada 22-24 Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mesin Fingershield memanfaatkan sistem keamanan berbasis biometrik sidik jari dan kartu pintar berisi cip untuk menyimpan data sidik jari. Data nasabah ini terenkripsi. "Database server dan kartu pintar yang terenkripsi membuat data nasabah terjamin aman dari pencuri," kata Bayu, Rabu dua pekan lalu.
Tim ini menghabiskan biaya sekitar Rp 8 juta untuk meriset dan mengembangkan Fingershield dari nol. Menurut Bayu, mereka juga bisa memodifikasi mesin ATM yang sudah ada dengan menambahkan pemindai sidik jari dan memperbarui sistemnya.
Para perancang Fingershield ATM ini juga menawarkan kartu ATM jenis baru. Berbeda dengan model lama yang menggunakan strip magnetik untuk menyimpan data nasabah, kartu pintar ini menggunakan cip seperti di kartu SIM (subscriber identity module) telepon seluler.
Pemakaian kartu pintar ini disesuaikan dengan aturan pemerintah. Bank Indonesia, melalui surat edaran pada 2015, meminta bank menyediakan kartu ATM nasabah yang dilengkapi dengan teknologi cip dan PIN enam digit. Ditargetkan pada 2022 semua kartu sudah menggunakan teknologi cip. "Kartu dengan cip itu sudah cukup untuk melindungi dari skimming," ucap Bayu.
Teknologi sidik jari menjadi pengaman kedua di Fingershield ATM. Setelah kartu terverifikasi, sistem akan mengarahkan pengguna untuk menempelkan sidik jari pada alat pembaca yang terpasang di mesin. "Waktu scanning dan verifikasi sidik jari hanya 3,5 detik," ujar Bayu.
Menurut dia, registrasi sidik jari bisa dilakukan langsung di mesin ATM. Namun, idealnya, perekaman sidik jari dilakukan di bank. Sistem identifikasi membutuhkan empat sidik jari dari sepasang jempol dan dua telunjuk. "Berdasarkan riset, jempol dan telunjuk gampang untuk verifikasi dan identifikasi," katanya.
Tim ini juga mencoba kemungkinan penjahat berusaha menyalin jejak sidik jari nasabah yang tertinggal pada kartu yang dicurinya. Mereka menyalin sidik jari menggunakan selotip, lalu menempelkannya pada pemindai. Percobaan itu selalu gagal karena mesin menolak akses masuk. "Sepertinya memang bisa dilakukan, tapi kenyataannya susah," ujar Bayu.
Anwar Siswadi (Bandung)
Cara penggunaan:
1. Nasabah memasukkan kartu ke lubang akses
2. Nasabah mengetik kode PIN
3. Sidik jari dipindai
4. Melakukan transaksi
Jenis layanan:
» Pengecekan saldo rekening
» Penarikan uang tunai nominal Rp 100 ribu dan kelipatannya
» Transfer antar-nasabah bank yang sama
Teknologi:
» Sensor sidik jari: mendeteksi karakteristik minutiae atau titik percabangan garis pada sidik jari
» Kartu pintar berbasis cip: media penyimpanan untuk membaca atau merekam data nasabah
» Layar sentuh interaktif
» Enkripsi data nasabah
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo