Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengembangan kereta cepat Merah Putih oleh perusahaan dan lembaga negara ikut melibatkan konsorsium sembilan perguruan tinggi. Partispasi Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan lima tim yang berbeda tugas, misalnya, kini memasuki tahun keempat. “Kami menjadi kepala risetnya,” kata Tatacipta Dirgantara, Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Sabtu, 7 Januari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain ITB, menurutnya, perguruan tinggi lain yang terlibat seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, juga Telkom University. Masing-masing tim dari berbagai kampus itu punya tugas khusus, seperti sistem penyejuk ruangan (AC), interior, dan bagian hidung kereta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun ITB punya lima tim yang masing-masing punya 4-6 anggota dari kalangan dosen dan lulusan ITB. Kajian tugas mereka terkait dengan kelelahan statis pada material badan kereta, roda, kelaikan tabrak, material lantai dan insulasi. “Juga aerodinamika yang biasanya kami untuk pesawat, sekarang untuk kereta cepat,” ujar Tata.
Konsorsium perguruan tinggi itu dibentuk dan dibiayai oleh program Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, yaitu Kedaireka. Adapun pembuatan kereta cepat Merah Putih itu dilakukan oleh PT Industri Kereta Api (Inka) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta melibatkan BUMN lain.
Rencananya, alat transportasi buatan dalam negeri itu akan melintasi jalur kereta Makassar–Pare Pare di Sulawesi. “Kita mendampingi PT Inka yang membuat kereta cepatnya,” kata Tata. Kecepatan kereta itu ditargetkan bisa lebih dari 200 kilometer per jam. Tahapan prosesnya kini disebut telah sampai pada pengembangan, bukan lagi riset.
Dia mengatakan, pembuatan kereta cepat Merah Putih adalah keinginan berbagai pihak, seperti pemerintah, industri, dan perguruan tinggi untuk kemandirian bangsa. “Masak kita impor-impor terus padahal kita punya Inka,” ujar Tata. Khusus untuk dunia akademik, pengalaman terlibat pembuatan kereta cepat itu akan dibagikan ke mahasiswa.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.