Ekonom, yang juga Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono, mengkritik proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Dia menilai KCJB menjadi pelajaran sangat mahal dari ambisi politik membangun proyek mercusuar tanpa perencanaan matang dan merugikan masyarakat.
Yusuf merinci estimasi yang optimis bagi PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang baru akan balik modal di atas 40 tahun. Itu pun dihitung jika target penumpang 30 ribu orang per hari dengan tarif Rp 350 ribu per penumpang tercapai. Jika gagal, maka masa pengembalian modal KCIC bisa jauh lebih lama lagi yang sangat mungkin terjadi. “Sangat sulit terpenuhi.”
Jika jumlah penumpang ingin ditingkatkan, kata dia, maka tarif harus diturunkan. Namun, pendapatan KCIC akan semakin rendah, padahal mereka harus membayar cicilan utang beserta bunganya ke pihak Cina.
Yusuf menuturkan sangat mungkin APBN akan dibebani subsidi tiket yang masif untuk menarik penumpang. Rekomendasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tiket yang masih menarik adalah Rp 250 ribu per penumpang. Itu pun kemungkinan akan tetap menjadi beban penyertaan modal negara ketika KCIC gagal bayar.
Menurut Yusuf, dengan pendapatan dari penumpang saja, KCJB adalah proyek rugi yang akan sangat membebani APBN. Peluang untuk menurunkan kerugian datang dari pendapatan non-tiket, yaitu dari pengembangan wilayah di sepanjang koridor KCJB. Namun hal ini tidak mudah.
Foto: tempo.co
Editor: Ridian Eka Saputra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini