Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selain menjadi pionir dalam teknologi kendaraan listrik dan eksplorasi antariksa di penghujung 2024, Elon Musk menjadi orang pertama di dunia dengan harta Rp 6.800 triliun menurut Majalah Forbes.
Seperti dilansir dari Anadolu, taipan Elon Musk, juga terjun ke dunia politik dengan bergabung dalam kabinet presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa Elon Musk akan memimpin departemen efisiensi pemerintah yang baru dibentuk untuk membongkar birokrasi pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun, setelah kemenangan telak dalam pemilihan Presiden AS pada 5 November lalu, Trump akan kembali ke Gedung Putih bulan ini untuk masa jabatan kedua. Ia akan dilantik sebagai Presiden AS ke-47 pada 20 Januari 2025.
"Elon Musk, bersama dengan mantan kandidat presiden dari Partai Republik Vivek Ramaswamy, akan membuka jalan bagi pemerintahan saya untuk membongkar birokrasi pemerintah, memangkas regulasi yang berlebihan, memangkas pengeluaran yang boros, dan merestrukturisasi Badan-Badan Federal," kata Donald Trump dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari Channel News Asia.
Trump mengatakan Elon Musk dan Ramaswamy akan memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang merupakan referensi sindiran terhadap meme internet dan mata uang kripto. Departemen tersebut akan memberikan saran dan panduan dari luar pemerintahan.
Adapun, Musk adalah pendukung utama Trump. Selama pencalonan presiden Donald Trump, Musk disebut menghabiskan lebih dari US$ 100 juta untuk membantu Partai Republik menang. Ia juga berulang kali menyebutkan pencalonan Trump di X, platform yang dimilikinya.
Kedekatan antara Donald Trump dan Elon Musk memang bukan hal baru. Salah satu bentuk dukungannya terhadap Trump termasuk dengan mengunggah gambar AI yang memperlihatkan dirinya berdiri di podium dengan bendera Amerika Serikat, disertai dengan caption, "Saya bersedia untuk melayani."
Dikutip dari Politico, selama beberapa bulan terakhir, Musk memang tampak semakin cenderung ke arah pandangan politik konservatif. Dukungan Musk terhadap Trump juga terlihat dari keterlibatannya dalam kampanye Trump dan upayanya untuk mengembalikan Trump ke X, platform media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Sementara itu, Trump mungkin melihat Musk sebagai sekutu strategis dalam kebijakan-kebijakan terkait industri otomotif dan teknologi, karena selama masa kepresidenannya ia berusaha untuk mencabut insentif pajak untuk kendaraan listrik yang kemudian diperluas oleh Presiden Joe Biden pada 2022. Namun, hubungan ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana pengaruh politik dapat berdampak pada reputasi dan operasional perusahaan.
Kendati Musk memiliki minat politik dan dukungan yang kuat terhadap Trump, dia harus berhati-hati agar keterlibatannya dalam politik tidak merugikan bisnisnya. Keterlibatan politik yang terlalu kuat dapat membawa dampak negatif.
Sebagai CEO dan figur publik, Elon Musk perlu menyeimbangkan keterlibatan politiknya dengan kepentingan bisnisnya. Pendukung dan konsumen dari berbagai spektrum politik mungkin merasa terasing jika Musk terlalu dekat dengan Trump, yang bisa memengaruhi penjualan produk-produk Tesla dan peluang kontrak pemerintah.
Di sisi lain, hubungan yang erat dengan Donald Trump juga bisa menguntungkan jika kebijakan pemerintah mendukung industri teknologi dan otomotif.
Sosok Elon Musk
Elon Musk lahir di Pretoria, Afrika Selatan, pada 28 Juni 1971. Ia merupakan salah satu pengusaha paling sukses dalam sejarah. Ia terkenal secara global sebagai CEO dari Tesla, produsen mobil listrik, dan SpaceX, perusahaan antariksa swasta.
Musk adalah seorang investor awal di berbagai perusahaan teknologi. Pada Oktober 2022, ia berhasil menyelesaikan kesepakatan untuk mengakuisisi X (sebelumnya Twitter) dan menjadikannya perusahaan privat.
Musk mengenyam pendidikan di Waterkloof House Preparatory School, sebuah sekolah berbahasa Inggris, dan memulai sekolah setahun lebih awal. Ia kemudian lulus dari Pretoria Boys High School. Sebagai seorang kutu buku, ia memiliki sedikit teman di sekolah-sekolah tersebut.
Teknologi menjadi pelarian bagi Musk. Pada usia 10 tahun, ia mulai belajar pemrograman menggunakan Commodore VIC-20, komputer rumah yang terjangkau. Tidak lama setelah itu, Musk mengembangkan gim video bernama Blastar, bergaya Space Invaders, dan menjual kode BASIC gim tersebut ke majalah PC seharga $500.
Karier Bisnis Elon Musk
Elon Musk merintis karier bisnisnya di Silicon Valley pada 1995 setelah meninggalkan program PhD di Universitas Stanford. Bersama saudaranya, Kimball Musk, ia mendirikan Zip2, sebuah direktori bisnis berbasis peta, yang sukses dan akhirnya dijual ke Compaq pada 1999 seharga $307 juta.
Kemudian, Musk mendirikan X.com, yang bergabung dengan Confinity dan menjadi PayPal. PayPal dijual ke eBay pada 2002 seharga $1,5 miliar, memberi Musk $165 juta dalam bentuk saham eBay.
Setelah meninggalkan PayPal, Musk fokus pada mengurangi risiko eksistensial bagi umat manusia melalui SpaceX, Tesla Motors, dan SolarCity. Sebagai CEO Tesla, ia mengembangkan kendaraan listrik dan teknologi energi surya, termasuk produk seperti Powerwall dan Powerpack untuk penyimpanan energi.
Di SpaceX, Musk bekerja sama dengan NASA dan Angkatan Udara AS, serta berencana mengirim astronot ke Mars pada 2025. Di bawah kepemimpinannya, Tesla dan SpaceX berkembang pesat, menjadikannya tokoh penting dalam teknologi kendaraan listrik dan eksplorasi antariksa.
Elon Musk menyatakan dirinya sebagai "demokrat moderat", namun pandangannya berubah menjadi lebih konservatif setelah akuisisi X. Pada Juli 2024, ia secara terbuka memberikan dukungannya kepada Donald Trump setelah terjadi percobaan pembunuhan terhadap Trump. Melalui America Political Action Committee (PAC), Musk menjadi salah satu donatur terbesar untuk kampanye Trump.
Dewi Rina Cahyani, Sukma Kanthi Nurani dan Putri Safira Pitaloka berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Serba-serbi Tesla Cybertruck Meledak di Depan Hotel Milik Donald Trump: Ulah Teroris