Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peti mati berikut mumi Raja Tutankhamun sedang direstorasi pemerintah Mesir, sebagai bagian dari persiapan pembukaan museum baru. Peti mati kayu berlapis emas, yang ditemukan pada 1922, akan menjadi bagian dari pameran seluas hampir 7 ribu meter persegi dengan lebih dari 5 ribu artefak yang berasal dari makam Firaun itu, di antaranya furnitur, kereta, pakaian, dan tongkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada tiga peti mati serta sarkofagus granit dan empat kuil kayu berlapis emas. Dua dari tiga peti mati telah dipajang di Museum Mesir di Kairo pusat. Sampai sekarang, peti mati ketiga dan terbesar, sepanjang 2,2 meter, tetap di makam Tut di kota Luxor di Mesir selatan. Ketika museum baru dibuka pada akhir 2020, ketiga peti mati akan ditampilkan bersama untuk pertama kalinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Foto:REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Peti mati emas menggambarkan Raja Tut, yang memerintah Mesir selama 10 tahun dari usia 9 hingga 19 tahun, sebagai Osiris, Dewa Mesir setelah kematian. Peti mati itu ditemukan dalam kondisi rusak dengan retakan dan ada bagian yang hilang. Restorasi pertama ini diperkirakan akan memakan waktu delapan bulan.
Eissa Zeidan, direktur umum Konservasi Artefak Mesir, mengatakan kerusakan itu meliputi 30 persen akibat suhu dan kelembaban di dalam makam. Hussein Kamal, direktur jenderal konservasi di Museum Mesir, mengatakan bahwa mereka harus mempelajari tempat asli masing-masing fragmen agar dapat menempelkannya ke peti mati dengan benar.
Ketika museum dibuka tahun depan, itu akan menjadi yang terbesar di dunia yang dikhususkan untuk satu peradaban dan fragmen Firaun Tut akan menjadi panggung utama. Pada konferensi pers, Menteri Purbakala Khaled Anany mengatakan, "Tutankhamen akan menjadi bintang di museum mana pun di dunia."
LOS ANGELES TIMES | ARTSY