Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Plastik Akrab Lingkungan

15 Juni 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPAH plastik walau masih menyisakan nilai—selalu merusak tanah dan mengotori sungai. Maka, Khaswar Syamsu, Kepala Divisi Rekayasa Bioplastik dan Bahan, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor, memikirkan cara membuat plastik lumat di tanah. Para pemulung yang berebut sampah plastik di Tempat Pembuangan Akhir Galuga, Bogor, agaknya telah mendatangkan inspirasi bagi Khaswar.

Pada 2002-2004, dia meneliti kelapa sawit untuk bahan baku plastik. Berhasil. Dua tahun berikutnya, ia menggunakan sagu sebagai bahan baku. Khaswar berhasil menciptakan formula plastik dari bahan ini.

Penemu: Khaswar Syamsu, Kepala Divisi Rekayasa Bioplastik dan Bahan, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor

Mulai penelitian: 2002

Dipatenkan: 2008

Fungsi: Layaknya plastik petrokimia (kemasan makanan, pembungkus, gelas dan botol, ember, hiasan, dan lainnya)

Bahan: Hidrolisat pati sagu atau asam lemak bebas kelapa sawit

Bahan plastik alam amat melimpah:

  • Lahan kelapa sawit dan sagu di Indonesia sekitar 1.128 juta hektare
  • Sinar matahari daerah tropis sangat membantu proses produksi

    Keunggulan:

  • Tidak berbau
  • Hancur oleh mikroba tanah
  • Bahan baku mudah didapat

    Proses

    1. Sterilisasi
    2. Molukasi (dengan mikroba Ralstonia eutropha)
    3. Kulvitasi (2-3 hari)
    4. Pemecahan sel
    5. Pemisahan biji plastik
    6. Pembaran bioplastik (pelepasan organik)
    7. Pengujian
    8. karakteristik (elastisitas, kekuatan tarik, uji bio, titik leleh, struktur, dan bio degrilitas)

    Sejarah

    1862
    Alexander Parkes memamerkan parkesine, cikal bakal plastik, pada Great International Exhibition di London.

    1891
    Modifikasi selulosa, rayon, dikembangkan oleh Louis Marie Hilaire Bernigaut di Paris.

    1907
    Bahan sintetis pertama dibuat oleh ahli kimia dari New York, Leo Baekeland, yang mengembangkan resin cair, bakelite.

    1920
    Wallace Hume Carothers, ahli kimia lulusan Universitas Harvard, mengembangkan nilon yang disebut Fiber 66. Fungsinya menggantikan bulu binatang untuk bahan sikat gigi dan stoking sutra.

    1940
    Nilon, akrilik, polyethylene, dan polimer menggantikan bahan-bahan alami.

    1957
    George de Maestral, insinyur Swiss, membuat Velcro, perekat dari bahan nilon.

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus