Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo meresmikan smelter tembaga dan pemurnian logam mulia PT Amman Mineral Internasional Tbk di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Jokowi mengharapkan pembukaan smelter ini menimbulkan multiplier effect sebanyak-banyaknya baik bagi masyarakat, dengan membuka lapangan kesempatan lapangan kerja.
“Yang mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya adalah rakyat di NTB dan rakyat di seluruh tanah air Indonesia,” kata Jokowi, dipantau melalui tayangan langsung Sekretariat Presiden pada Senin, 23 September 2024.
Dikutip dari Koran Tempo edisi 9 Juni 2023, proses smelter tembaga bertujuan mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersebut juga meliputi pembersihan mineral logam dari pengotor. Smelter tembaga digunakan untuk memproses bijih tembaga menjadi logam tembaga murni atau paduan tembaga.
Adapun smelter bekerja dengan mengurangi bijih menjadi beberapa produk penting. Hasil reduksi bijih dapat berupa hidrogen, logam aktif, dan sebagainya. Zat aktif yang terlibat dalam proses reduksi bergantung pada jenis logam yang direduksi. Semakin tinggi tingkat keaktifan logam, semakin sulit proses reduksinya. Sebaliknya, tingkat keaktifan lebih rendah membuat proses reduksinya lebih mudah. Lantas, bagaimana pengolahan dari tembaga itu sendiri?
Dikutip dari Multotec.com, pengolahan tembaga adalah proses rumit yang dimulai dengan penambangan bijih kurang dari 1 persen tembaga. Proses ini berakhir dengan lembaran tembaga murni 99,99 persen yang disebut katode. Inilah yang akan dibuat menjadi produk untuk penggunaan sehari-hari.
Lebih lanjut, pengolahan tembaga menggunakan metode fisik, mekanis atau kimia untuk mengubah bijih tembaga run-of-mine (ROM) menjadi tembaga murni berkualitas tinggi. Seperti diketahui, sebagian besar bijih tembaga hanya mengandung sedikit mineral tembaga, dengan kadar rata-rata di bawah 0,6 persen tembaga.
Dilansir dari Superfund.arizona.edu, tembaga umumnya terdiri dari tembaga oksida dan tembaga sulfide. Bijih oksida biasanya diproses menggunakan hidrometalurgi. Proses ini menggunakan larutan berair untuk mengekstraksi dan memurnikan tembaga dari bijih oksida tembaga pada suhu biasa.
Setelahnya, bijih tembaga melewati proses pencucian tumpukan untuk melarutkan logam. Pencucian tumpukan digunakan pada bijih bermutu rendah, yang kemudian dikirim melalui proses penggilingan. Tak berhenti disitu, asam sulfat encer atau dikenal larutan pelindin disemprotkan di atas tumpukan tumpukan guna melarutkan tembaga dari bijih.
Langkah terakhir dalam memproses bijih oksida menjadi katoda tembaga disebut electrowinning. Dalam proses ini, arus listrik mengalir melalui anoda inert (elektroda positif) dan larutan tembaga yang bertindak sebagai elektrolit. Ion tembaga bermuatan positif (disebut kation) keluar dari larutan dan disepuhkan ke katoda (elektroda negatif) sebagai tembaga murni 99,99 persen.
Sementara itu, bijih tembaga sulfida umumnya diproses menggunakan pirometalurgi. Ini dikenal sebagai ekstraksi dan pemurnian logam melalui proses yang melibatkan penyerapan panas. Proses ini menggunakan serangkaian langkah fisik dan suhu tinggi untuk mengekstraksi dan memurnikan tembaga dari bijih tembaga sulfide.
Langkah selanjutnya adalah flotasi buih atau tahap pengentalan. Buih dituangkan ke dalam tangki besar yang disebut pengental. Gelembung pecah dan padatan dari larutan buih mengendap di dasar tangki. Produk akhir dari tahap pengentalan adalah kombinasi dari 30 persen tembaga dan logam lainnya. konsentrat tembaga ini kemudian dikirim ke peleburan.
Di peleburan, suhu tinggi digunakan untuk memurnikan bijih lebih lanjut dalam serangkaian langkah peleburan. Konsentrat tembaga dipanaskan hingga 2.300 °Fahrenheit dan diubah menjadi cairan cair. Cairan yang dipanaskan dituangkan ke dalam tungku pengendapan terak. Langkah ini menghasilkan kombinasi matte, campuran tembaga, sulfur, dan besi, dan terak, bahan padat seperti kaca yang terbuat dari besi, silika, dan kotoran lainnya.
Matte tembaga yang dibuat oleh tungku peleburan mengandung 58-60 persen tembaga. Matte cair kemudian dibawa ke tungku lain dan dibawa ke peleburan anoda. Produk yang dihasilkan, tembaga anoda cair, dituangkan ke dalam cetakan yang disebut roda pengecoran anoda. Lembaran anoda yang didinginkan adalah tembaga murni 99 persen dengan berat 750 pon.
Lembaran anoda tembaga kemudian disempurnakan dalam langkah terakhir yang disebut elektrolisis. Lembaran anoda digantung dalam tangki besar yang penuh dengan larutan elektrolit yang terbuat dari tembaga sulfat dan asam sulfat. Arus listrik diberikan, dan ion tembaga bermuatan positif (disebut kation) meninggalkan anoda (elektroda positif) dan bergerak dalam larutan melalui larutan elektrolit untuk disepuh pada katoda (elektroda negatif).
Setelah 14 hari elektrolisis, anoda secara bertahap menghilang, dan katoda tembaga mengandung 99,99% tembaga murni. Katoda tembaga yang sudah jadi kemudian dapat dibuat menjadi kawat, pelat, tabung, dan produk tembaga lainnya.
KHUMAR MAHENDRA | DINI DIAH | SUPERFUND.ARIZONA.EDU | DANIEL A. FAJRI | MULTOTEC.COM
Pilihan editor: AS Anggap Nikel Indonesia Dibuat dengan Kerja Paksa, Kemnaker: Masih Indikasi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini