Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lavi Rizki Zuhal, profesor dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mendapatkan penghargaan Nurtanio Award dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sudah lama mendalami aerodinamika. Wakil Dekan Bidang Akademik di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB ini juga aktif meneliti mekanika terapan, serta ilmu komputasional yang diaplikasikan pada dunia aviasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya merasa terhormat bisa berkontribusi dalam bidang yang relevan dengan kemajuan ilmu dan teknologi dirgantara,” katanya ketika menerima penghargaan tersebut di Jakarta, Selasa, 26 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lavi meraih gelar sarjana di University of Maryland, Amerika Serikat, pada 1996. Dia juga memperoleh gelar master di AS pada 1997, dari California Institute of Technology di Pasadena. Kampus tersebut juga mendatang gelar doktor untuknya pada 2001.
Lavi berfokus meneliti model matematis sistem kompleks dan penerapan metode komputasi berbasis partikel. Dia juga mengembangkan metode optimasi desain multidisiplin yang mencakup penerapan algoritma pembelajaran mesin dan evolusi. Dengan saraf konvolusional, guru besar ITB ini juga merancang sistem diagnostik aliran untuk memproses dan mengukur medan kecepatan fluida.
Menurut Lavi rekayasa dirgantara pada masa lalu terlalu berfokus pada wahana yang dapat bergerak lebih cepat. Saat ini, peneliti cenderung mendalami aspek keberlanjutan. “Jadi isu utama dalam bidang teknik adalah mencari solusi yang lebih ramah lingkungan,” tuturnya
Lavi yang kini aktif mengajar di ITB juga sempat mengisi posisi Ketua Program Studi Sarjana Teknik Dirgantara ITB. Mengutip situs resmi ITB, dia memiliki 62 artikel publikasi ilmiah dan rekam jejak dalam 41 proyek penelitian. Dengan pencapaian tersebut, Lavi dipercaya menjadi peninjau jurnal internasional bereputasi tinggi.
Dia sudah mematenkan beberapa hak kekayaan intelektual (HKI), berupa 'Metode untuk Mengidentifikasi Obyek Menggunakan Segmentasi Warna dan Kolerasi Silang' pada 2007, serta 'Kipas Radiator dengan Torsi Rendah' pada 2018.
Setelah mendapat penghargaan, Lavi menyatakan generasi muda memiliki akses yang lebih besar untuk berinovasi dan mengubah dunia. Dia berharap daya saing Indonesia semakin kuat, terutama dalam hal riset dan inovasi.
“Pesan saya adalah untuk selalu penasaran, berani mencoba, dan tidak takut gagal,” tutur Lavi.