Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Tim peneliti baru-baru ini mempublikasikan hasil analisis pemeriksaan DNA dari sehelai rambut yang membuktikan keberadaan harimau jawa di Sukabumi, Jawa Barat. Padahal penelitinya mengaku sempat ragu untuk memeriksanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ketika terima sampel katanya temuan 2019, saya agak pesimistis karena sudah lama waktunya,” ujar peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wirdateti dalam acara bincang daring gelaran MONGABAY, Kamis 28 Maret 2024. Seperti diketahui harimau jawa telah dinyatakan punah lebih dari 40 tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sehelai rambut itu mereka peroleh dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat yang meminta diperiksa pada awal Maret 2022. Setelah berdiskusi dengan pimpinannya, Teti melakukan survei ke lokasi temuan sehelai rambut yang saat itu diduga dari harimau jawa.
Di lapangan mereka menemui warga untuk menggali kisahnya yang bertemu harimau. “Ketika ke sana, kami merasa yakin ini benar harimau,” kata Teti.
Tim penelitian kemudian dibentuk. Dari BRIN selain Teti, ada Yulianto dari Pusat Penelitian Zoologi Terapan. Anggota lainnya yaitu Kalih Raksasewu dari Yayasan Bentang Edukasi Lestari Bogor yang menemukan sehelai rambut tersebut dan Bambang Adriyanto petugas BKSDA Bogor yang bertugas di Sukabumi.
Kembali ke kantor, Teti memeriksa sampel rambut itu di laboratorium genetika BRIN di Cibinong. Tahap ekstraksinya dimulai dari proses yang disebut pencucian yaitu pembersihan sampel dari bahan-bahan lain sesuai fokus pencarian yaitu DNA.
Pemeriksaan DNA, menurutnya memerlukan sel folikel dari akar rambut. “Sempat pesimistis karena folikelnya kecil sekali, mungkin karena sudah lama di alam,” ujarnya. Peneliti pun melakukan amplifikasi agar bisa mengidentifikasi dengan tepat.
Pembanding sampel yaitu dari macan tutul, harimau sumatra, harimau Bengal. Teti menduga awalnya rambut itu dari macan tutul. Setelah dianalisis , rambut itu punya kesamaan gen dengan harimau sumatera 97,06 persen. “Di situ saya agak yakin, paling tidak ketika kemiripan itu harimau. Dari situ ada surprise dan senang,” kata Teti.
Selanjutnya pemeriksaan di Museum Zoologi Bogor yang punya spesimen kulit utuh harimau jawa asal Kediri dan Jawa Barat pada 1930. Sementara spesimen harimau sumatera berasal dari Sumatera Barat dan Lampung. “Saya samakan spesimen rambut dengan spesimen di museum, kesamaan hampir 98 persen lebih. Saya lebih yakin lagi ini harimau jawa,” ujarnya.
Hasil itu kemudian dibuat laporan ilmiahnya yang dipublikasikan pada 21 Maret 2024 di jurnal Oryx, dari Cambridge University Press. Laporan penelitian atas sehelai rambut itu berjudul "Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extant? DNA analysis of a recent hair sample."